Nationalgeographic.co.id - Sepanjang sejarah Bumi, muncul satu pertanyaan berulang-ulang: apa yang menjadi penyebab tewasnya spesies atau populasi hewan?
Beberapa di antaranya disebabkan oleh faktor dari daratan. Namun, dalam peristiwa misterius yang membunuh 36% jenis hewan laut, 2,6 juta tahun lalu di masa Pliosen, penyebabnya bukanlah dari Bumi. Melainkan karena bintang yang meledak, atau supernova, yang jaraknya 150 juta tahun cahaya dari planet kita.
Faktanya, ledakan bintang tersebut tidak hanya terjadi satu kali. Ia memborbardir Bumi dengan radiasi kosmik yang dapat memicu perubahan iklim dan efek lainnya yang berkontribusi pada kepunahan massal hewan-hewan laut.
"Saya telah melakukan penelitian ini selama 15 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa supernova bisa memengaruhi Bumi dalam beberapa waktu," kata Adrian Mellot, fisikawan dari University of Kansas.
"Kali ini, kami memiliki bukti kejadian dan waktu yang spesifik. Kami tahu seberapa jauh supernova berada sehingga dapat benar-benar menghitung bagaimana ia memengaruhi Bumi," imbuhnya.
Baca Juga : 2019 Akan Menjadi Tahun Terpanas dalam Sejarah Manusia, Ini Dampaknya
Salah satu bukti kuat adalah adanya endapan besi-60 yang ditemukan di dasar laut. Besi-60 sendiri merupakan zat radioaktif yang sudah terbentuk dengan Bumi 4,54 miliar tahun lalu dan sudah membusuk sejak lama. Artinya, besi-60 yang ditemukan di laut tersebut bukan berasal dari planet ini–kemungkinan sisa ledakkan di luar angkasa dari supernova.
Gagasan bahwa supernova dapat memicu kepunahan massal bukan hal baru. Sebelumnya, ledakan sinar gamma yang berasal dari supernova diduga menjadi penyebab kepunahan Ordovician, 450 juta tahun lalu. Radiasinya merobek lapisan ozon dan membuat makhluk hidup di Bumi terpapar sinar ultraviolet yang mematikan.
Namun, berdasarkan studi Melott dan timnya, ada mekanisme yang sangat berbeda di balik peristiwa kepunahan megafauna laut di masa Pliosen. Alih-alih ledakan sinar gamma, yang menjadi faktor pemicu kepunahan adalah jenis partikel dasar sinar kosmik yang disebut muon–sejenis elektron tetapi dengan lebih banyak massa dan energi.
Baca Juga : Semut Drakula, Hewan dengan Pergerakan Paling Cepat di Bumi
"Mereka bisa menembus Bumi dengan mudah dan radiasi kerap melewati kita. Sekitar seperlima dari dosis radiasi datang bersama muon dan biasanya tidak berbahaya," jelas Melott.
"Namun, ketika gelombang sinar kosmik menyerang, jumlah muon-nya digandakan menjadi beberapa ratus kali lipat. Ketika jumlahnya sangat besar dan energinya begitu tinggi, kita mengalami peningkapan mutasi dan kanker–ini menjadi efek biologis utama.
Pada makhluk hidup seukuran manusia, risiko kankernya meningkat 50%. Semakin besar ukurannya, maka semakin besar juga risiko. Pada gajah dan paus, dosis radiasi yang mereka terima sangat tinggi," paparnya.
Dan karena muon sangat mudah menembus Bumi, mereka juga bisa menjangkau lautan dan memengaruhi hewan-hewan yang ada di sana. Mereka yang berada di perairan dangkal adalah yang paling parah terkena dampaknya.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR