Para peneliti memeriksa biji-bijian emas dari West Coast Creek, anak sungai di Mary River, Kilkivan, Queensland dan sejumlah lokasi lain di sekitar Australia dan dunia. Mereka menemukan bahwa proses "daur ulang" emas bisa memakan waktu antara 17 hingga 58 tahun.
Professor Reith mengatakan dalam istilah geologis rentang waktu itu sama dengan sekedip mata. "Prosesnya sangat cepat, kita hanya perlu mempercepat proses tersebut 10 hingga 30 kali, untuk mendapatkan sesuatu yang dapat diaplikasikan dalam industri."
Penelitian yang memulai segalanya
Pemilik lahan di Kilkivan, John Parsons, seorang mantan manajer tambang yang mengambil alih sebuah lahan bekas tambang yang tidak digunakan pada 1990-an, sekarang menjadi salah satu penulis dari dua makalah penelitian berdasarkan bakteri yang ditemukan di tanahnya.
Parsons menjelaskan bahwa bakteri tersebut berfungsi dalam menyaring mineral lain seperti perak dan tembaga dan menyisakan bongkahan kecil biji emas.
Sebelumnya Parsons pernah bekerja sama dengan Professor Reith, Jeremiah Shuster dari Universitas Adelaide, peneliti Swedia Geert Cornelis, dan ilmuwan University of Queensland Gordon Southam, untuk menggali berapa lama proses penyulingan bakteri ini berlangsung. Penelitian ini kemudian dipublikasikan ddalam jurnal Chemical Geology.
Baca Juga : Harga Emas Antam Turun, Sebenarnya Dari Mana Datangnya Emas di Bumi?
Atas penelitian ini, Profesor Profesor Reith kemudian menggambarkannya sebagai "sebuah studi terobosan".
"Untuk pertama kalinya, kita bisa memperkirakan seberapa cepat hal tersebut terjadi di lingkungan," katanya.
"Kami sudah mengetahuinya untuk elemen lain. Namun kami hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang emas hingga akhirnya kami menyelesaikan penelitian bersama kami ini."
Lebih lanjut, Profesor Reith mengatakan bahwa bakteri tersebut tidak hanya memiliki kekuatan untuk mengubah praktik daur ulang, tetapi mengubah tailing tambang emas menjadi aset.
"Di banyak tambang ada bahan tailing dan bahan limbah, dan emas terbuang disana. Manfaat lingkungan dari temuan ini sangat sulit dipercaya," katanya.
Source | : | National Geographic Indonesia,Australia Plus ABC |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR