Nationalgeographic.co.id - Tato, gambar pada kulit tubuh—dihasilkan dengan cara menusuk kulit berkali-kali dengan jarum halus dan memasukkan zat warna dalam bekas tusukan—kini tidak lagi berkonotasi dengan kriminal. Bagi banyak orang, seni merajah kulit ini bahkan menjadi "aksesori".
Tato pun semakin dipilih oleh banyak orang sebagai bagian dari identitas diri mereka.
Namun kepopuleran tato belum diimbangi dengan pengetahuan dasar penggemarnya terkait zat pewarna yang digunakan. Terutama dampaknya bagi kesehatan nantinya, sebelum rasa sesal datang terlambat. Berikut ini beberapa dampak dari tato dan zat pewarnanya bagi tubuh.
Baca Juga : Melalui Aplikasi Percakapan Telegram, ISIS Ancam Bunuh Kate Middleton
Tinta masuk ke dalam kulit
Saat ini memang banyak pewarna tato yang aman digunakan, tetapi bukan berarti semua jasa tato akan menggunakan pewarna tersebut. Bahkan sebagian tinta tato bisa saja bersifat toksik dan mengandung zat karsinogenik (memicu kanker).
Dalam sebuah penelitian tahun 2012 di Denmark, ditemukan satu dari lima tinta tato mengandung zat karsinogenik dan mayoritas tidak memenuhi standar keamanan internasional dalam hal komposisi tinta.
Penelitian lain yang dilakukan di Eropa juga menunjukkan adanya komponen tidak aman dalam tinta tato, misalnya barium, merkuri, tembaga, dan lain sebagainya.
Food and Drug Administration (FDA) juga menyebut bahwa dalam beberapa pewarna tato, pigmen yang dipakai merupakan bahan yang dipakai dalam industri, seperti tinta printer atau cat mobil. Penelitian lanjutan pun perlu dilakukan untuk mengetahui apakah zat tersebut bisa dipecah dan diatasi oleh tubuh, dan bagaimana dampaknya bagi tubuh.
Tidak semua tato mudah dihapus
Mengimbangi tren tato, teknologi laser penghilang tato pun semakin berkembang. Namun hingga sampai saat ini, teknologi laser masih memiliki beberapa keterbatasan, terutama terkait dengan warna tinta dan warna kulit.
Orang dengan kulit gelap dan pewarna tato yang terpigmentasi seringkali gagal untuk dibersihkan secara total dari tato yang dibuat sebelumnya. Alhasil, langkah ini kemudian digantikan dengan menimpa gambar sebelumnya menjadi gambar lain.
Bila tato yang dibubuhkan sebelumnya memiliki ukuran yang besar, tentu proses menggunakan laser ini harus dilakukan berkali-kali. Selain membutuhkan biaya yang besar, metode laser ini juga memiliki beberapa efek samping, seperti nyeri hingga bekas luka.
Berpengaruh dalam tes medis
Dilansir dari Mayoclinic.org, Selasa (15/1/2019), walaupun termasuk dalam kasus langka, tetapi tinta dengan bahan dasar metal dapat bereaksi dengan MRI. Beberapa kasus mengakibatkan pasien mengalami luka bakar karena tatonya bereaksi dengan proses MRI.
Baca Juga : Hipertensi? Kendalikan Saja dengan Beberapa Cara Bukan Medis Berikut
Alergi hingga infeksi
Kulit, jaringan tubuh yang paling terdampak dari tato, bisa saja melakukan penolakan dengan efek samping alergi. Bahkan reaksi alergi ini bisa muncul beberapa tahun setelah Anda mendapatkan tato tersebut.
Tidak hanya alergi, infeksi juga bisa terjadi pada tubuh. Jenis infeksi yang banyak ditemui terkait tato adalah bakteri staphylococcus aureus atau pseudomanas. Hal ini terjadi akibat dari kurang sterilnya alat tato yang digunakan.
Gawatnya, infeksi bakteri ini seringkali resisten terhadap pengobatan.
Jenis infeksi yang paling berbahaya tentu saja hepatitis yang bisa menular melalui jarum yang tidak steril.
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR