Nationalgeographic.co.id - Berbicara mengenai berlian, sebagian besar dari kita mungkin akan teringat dengan sebuah film yang menggambarkan bagaimana berlian yang ditambang di zona perang dijual untuk membiayai konflik bersenjata dan perang saudara.
"Berlian darah" tersebut sulit untuk dibedakan dengan berlian lainnya yang dijual di seluruh dunia. Kemungkinan Anda membeli sebuah "berlian darah" pun ada. Hal inilah yang kemudian membuat pasar berlian buatan laboratorium secara perlahan berkembang.
Tidak hanya murah, berlian buatan ini juga ramah lingkungan, dan sama cantiknya dengan berlian alami.
Baca Juga : Penampakan Pertama dari Hotel Luar Angkasa yang Akan Diluncurkan Pada 2021
"Bagi konsumen muda modern, jika mereka mendapatkan berlian dari atas tanah atau dalam tanah, apakah mereka benar-benar peduli?" ucap Chaim Even-Zohar dari Tacy, konsultan berlian yang berbasis di Israel, dikutip dari Bloomberg Businessweek.
Berlian buatan ini tidak seperti berlian imitasi, yang dikembangkan di laboratorium, seperti zirkonia. Berlian ini dibuat dengan menempatkan fragmen kecilnya—biji karbon—ke dalam microwave, bersama dengan sejumlah gas dengan karbon berat seperti metana.
Campuran gas ini kemudian dipanaskan dalam microwave khusus dengan suhu yang sangat tinggi agar menghasilkan bola plasma. Dengan proses ini, gas akan terpecah dan atom karbon akan mengkristal. Kristalisasi ini akhirnya terakumulasi pada biji berlian, membuat biji berlian tumbuh dan menjadi berlian yang cantik.
Proses ini membutuhkan waktu hingga 10 minggu, untuk menghasilkan berlian yang layak dijual dan bersaing dengan berlian alami. Dengan kualitas yang baik, para ahli berlian pun membutuhkan mesin untuk dapat membedakannya dengan berlian alami.
Dilansir dari Bloomberg, pada tahun 2014, diperkirakan 360.000 karat berlian yang ditanam di laboratorium telah diproduksi. Sementara itu, sekitar 146 juta karat berlian alam telah ditambang.
Diperkirakan pada tahun 2026, jumlah berlian hasil laboratorium akan meroket menjadi 20 juta karat.
Masih melansir Bloomberg, perusahaan berlian alami berpendapat bahwa mereka masih berada di atas angin, ketika International Organisation for Standardisation memutuskan bahwa berlian laboratorium harus diberi label sebagai "sintetis", atau "buatan lab".
Baca Juga : Hujan Terus Mengguyur, Kenali Beberapa Tanda dan Jenis Tanah Longsor
Namun pada perkembangannya, dengan harga yang jauh lebih murah dari berlian alami, permintaan berlian laboratorium ini pun semakin meningkat.
"Kami menciptakan industri baru," ucap Vishal Mehta, CEO IIA Technologies asal Singapura, produsen berlian sintetis paling produktif. "Konsumen saat ini benar-benar beresonansi dengan gagasan pilihan yang ramah lingkungan dan bebas konflik untuk berlian," tambahnya.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR