Nationalgeographic.co.id - Berbicara mengenai budaya Melayu, sulit dilepaskan dari Pulau Penyengat. Pulau dengan luas tidak lebih dari 2 km persegi di wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Singapura ini istimewa, ia menjadi pusat kajian Melayu Islam yang ternama.
Puluhan peneliti Indonesia dan akademisi mancanegara datang untuk menggali berbagai hal mengenai kebudayaan Melayu di pulau ini. Siapa tak kenal Raja Ali Haji, pencipta Gurindam Dua Belas. Ia juga peletak dasar gramatika Bahasa Melayu yang kelak disebut Bahasa Indonesia. Ya, Bahasa yang mempersatukan Nusantara.
Baca Juga : Singgah dan Mencecapi Legenda Kuliner Kopi di Tanjungbalai Riau
Wiwien Tribuwani, pakar pariwisata berkelanjutan Indonesia tentang Pulau Penyengat, mengatakan bahwa bahwa Bahasa Indonesia menjadi pengait Pulau Penyengat dengan Flores. “Tata gramatiknya berasal dari Pulau Penyengat dan digunakan oleh mama-mama di Flores untuk berkomunikasi dengan saya, dengan kita, istemewa kan,” ungkap Wiwien.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa atribut penting Pulau Penyengat sangat kuat. Selain sebagai tempat lahirnya tata bahasa Melayu, Pulau Penyengat juga menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional.
Pulau Penyengat sendiri dinobatkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional pada tahun 2018 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam lembar Keputusan Menteri No.112/M/2018.
Keputusan Menteri ini memutuskan bahwa Kawasan Cagar Budaya Pulau Penyengat menjadi Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional, dengan luas lahan 91,15 hektare dan memiliki 46 buah peninggalan Cagar Budaya.
“Kalau kita keliling Penyengat, tak cukup sehari, banyak cerita!” ujar Raja Farul, pegiat pariwisata Tanjungpinang yang membawa kami berkeliling. "Ini wisata sejarah budaya seni tradisi!" lanjutnya.
Sekadar info, Anda bisa mejelajahi Pulau Penyengat dengan berjalan santai, naik sepeda, atau becak motor. Lantas Apa saja yang bisa kita jumpai di Pulau Penyengat?
1. Masjid Raya Sultan Riau Penyengat
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR