Bintang-bintang Cepheid yang dipetakan mulai dari pusat Bima Sakti hingga daerah luarnya. Kebanyakan bintang-bintang yang dipetakan dekat dengan poros galaksi karena batasan observasi.
Cepheid klasik adalah bintang-bintang muda yang ukurannya 4 hingga 20 kali lebih besar dari Matahari dan 100.000 kali lebih terang. Massa bintang sebesar itu berarti bintang-bintang ini hidup cepat dan mati muda, membakar hidrogen dalam interior bintang mereka dengan sangat cepat, terkadang hanya dalam waktu jutaan tahun.
Bintang-bintang Cepheid mengeluarkan getaran harian hingga bulanan, yang dapat diamati cukup mudah dari perubahan seberapa terang mereka. Jika digabung dengan data rata-rata tingkat terang Cepheid tersebut, periode siklus getaran mereka dapat digunakan untuk mendapatkan jarak yang akurat.
Tidak disangka, kami menemukan bahwa koleksi 1.339 bintang Cepheid kami dan cakram gas Bima Sakti mengikuti satu sama lain secara dekat. Hingga penelitian terakhir kami ini, tidak mungkin menghubungkan distribusi bintang-bintang muda di daerah cakram luar Bima Sakti terhadap cakram yang menyala dan melengkung yang terbuat dari awan gas hidrogen.
Namun yang paling penting adalah kami menemukan bahwa cakram bintang-bintang tersebut melengkung dengan pola spiral.
Banyak galaksi spiral berputar dengan cara berbeda, seperti galaksi ESO 510-G13 (tergambar di atas) di daerah selatan konstelasi Hydra, sekitar 150 juta tahun cahaya dari Bumi. Akan tetapi, hanya selusin galaksi lain yang diketahui memiliki pola melengkung yang sama di daerah cakram luar mereka.
Menggabungkan hasil kami dengan observasi awal, kami menyimpulkan bahwa pola lengkungan dan spiral Bima Sakti kemungkinan besar disebabkan oleh kekuatan dari cakram bagian dalam galaksi. Cakram bagian dalam yang berputar, pada dasarnya, menyeret cakram bagian luar juga, tapi karena rotasi cakram luar tidak secepat bagian tengah, hal ini menghasilkan struktur pola berbentuk spiral.
Peta baru ini memberikan kita pemutakhiran penting untuk penelitian terhadap gerakan bintang galaksi kita dan asal-usul cakram Bima Sakti. Hal ini terutama menarik berkat banyaknya informasi yang dapat kita dapatkan dari misi satelit Gaia buatan European Space Agency.
Gaia bertujuan untuk memetakan Bima Sakti kita dengan detail yang tidak terbandingkan sebelumnya, berdasarkan penentuan jarak paling akurat terhadap bintang-bintang paling terang yang ada dalam galaksi ini.
Artikel ini diterjemahan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.
Richard de Grijs, Associate Dean (Global Engagement) and Professor of Astrophysics, Macquarie University
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR