Nationalgeographic.co.id - Bulan Ramadhan sangat dinantikan umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa persiapan pun dilakukan untuk menyambut bulan suci ini sesuai dengan tradisi masing-masing.
Berikut beberapa tradisi unik dari berbagai belahan dunia:
Qarqia'an
Ramadhan di Kuwait diwarnai kunjungan anak-anak yang buka puasa bersama keluarga, teman hingga tetangganya. Mereka biasanya memulai dengan mengetuk bel dan masuk ke dalam pintu rumah orang yang didatangi.
Dengan mengenakan pakaian tradisional, anak-anak mulai berkeliling setelah shalat maghrib. Kunjungan ke tetangga memberi mereka kesempatan untuk memamerkan pakaian unik mereka dan ketika pintu sudah dibuka, mereka akan mendapatkan dan menerima permen/coklat dari yang punya rumah. Biasanya penghuni rumah mengharapkan kunjungan banyak anak, sehingga mereka telah menyiapkan puluhan kilogram permen selama tradisi ini berlangsung.
Baca Juga : Telisik Awal Sastra Melayu-Tionghoa Lewat Syair Iklan Abad ke-19
Tradisi dipraktikkan di seluruh Teluk Arab tetapi terdapat perbedaan cara, waktu dan penamaan antara satu negara. Di Uni Emirat Arab, tradisi ini dikenal sebagai Haq Laila dan dirayakan dua minggu sebelum Ramadhan.
Fanous
Tradisi ini menjadi salah satu acara yang penuh warna dan terlihat begitu indah di seluruh dunia. Fanous merupakan lampu lentera berwarna cerah dan unik di Mesir. Lampu hias di Mesir ini menjadi persatuan dan kegembiraan Ramadhan. Lampu itu juga memiliki ikatan kuat dnegan Ramadhan karena banyak masyarakat percaya akan nilai spiritualnya.
Pemandangan akan terlihat saat malam hari. Di Kairo, penuh dengan warna-warni lampu. Ada juga stan kuliner dan hiburan beriringan dengan lampu tersebut. Para pedagang kuliner memamerkan puluhan jenis kacang-kacangan dan buah-buahan kering dengan mendirikan stan di depan toko mereka. Hal itu ditujukan untuk menarik minat pembeli.
Selain itu, di permukiman warga kelas menengah dan bawah, anak-anak menghias jalanan menggunakan kertas ornamen warna-warni membentuk lampion khas Ramadhan, dengan bola lampu menyala di dalamnya.
Banyak kisah yang menggambarkan asal mula dari fanous. Salah satunya mengenai seorang penduduk Mesir dan anaknya membawa lampu hias untuk bertemu dengan Khalifah al-Muizz li-Din Allah, dari dinasti Fatimiyah, pada 969 M. Mereka menantikan kedatangannya di Kairo pada malam pertama Ramadhan. Terkesan dengan lampu hias yang dibawa keduanya, Khalifah meminta perajin untuk menjualnya sehingga penduduk bisa memasang lampu hias di rumah dan setiap toko.
Meriam Yellow Bastion
Kegiatan menunggu buka puasa atau ngabuburit dilakukan dengan berbagai kegiatan. Di Sarajevo, Boznia-Herzegovina biasanya dilakukan dengan melihat tembakan meriam. Tradisi ini sudah dilakukan sejak berabad-abad silam ketika Ramadhan datang.
Masyarakat rela jalan kaki dan berkumpul pada satu titik untuk mendengarkan suara dentuman meriam tersebut. Titik lokasi kumpul dari masyarakat berada di Yellow Bastion, yang dulunya merupakan bangunan pertahanan selama pemerintahan Kesultanan Ottoman pada abad ke-18.
Meriam tak hanya berdentum sekali saja. Tiap tahunnya, meriam ini selalu menemani awal dari buka puasa masyarakat Sarajevo. Selama ini meriam dianggap membawa kerukunan bagi masyarakat Sarajevo, Muslim atau non Muslim. Mereka berkumpul dan ada juga yang telah siap membawa meja kecil beserta peralatan makan.
Ketika meriam ditembakkan, suara gema menderu dari bukit ke penjuru kota. Dentuman yang keras kadang membuat orang yang datang terkejut, namun setelah itu mereka bersorak suka cita. Makanan yang dihidangkan biasanya terdiri dari hidangan tradisional Bosnia seperti Somun, sejenis roti berbentuk pipih yang disajikan selama Ramadhan. Sementara minuman yang disajikan biasanya adalah air lemon.
Mesaharaty
Sahur menjadi bagian yang penting dalam berpuasa. Membangunkan orang yang bersahur menjadi makna yang besar dalam Islam. Hampir semua negara memiliki cara tersendiri untuk membangunkan sahur. Di Yordania dan Turki, tradisi membangunkan sahur biasanya dilakukan oleh Mesaharaty. Sebagai seoang Mesaharaty harus berjalan-jalan dan menyerukan seorang agar bangun untuk sahur.
Mesaharaty biasanya juga merupakan warga lokal. Dalam menjalankan tugasnya, Mesaharaty juga membawa bekal seperti alat musik drum dan dipukul ketika berkeliling. Dia juga berteriak menyebut nama dari keluarga yang dibangunkan pada tiap-tiap rumah yang dikenalnya. Tradisi ini tampaknya tak hanya di Yordania saja. Di Indonesia juga ada dan sampai sekarang masih dilakukan secara rutin tiap malam ketika Ramadhan.
Mheibes
Meskipun Ramadhan identik dengan bulan suci yang erat dengan ibadah, bersenang-senang juga harus dilakukan. Banyak acara atau permainan yang bisa dinikmati selama Ramadhan, seperti Mheibes di Irak.
Setelah berbuka puasa tiap harinya, orang-orang di Irak berkumpul di sekitar lingkungan untuk melakukan pertandingan ini. Terdapat dua kelompok dan tiap kelompok terdiri sekitar 40 hingga 250 pemain sekaligus. Permainan ini identik dengan tebak menebak siapa yang menyembunyikan cincin pada salah satu anggota timya.
Permainan ini sederhana namun menarik dan telah diturunkan dari generasi ke generasi di Irak ketika Ramadhan.
Chaand Raat
Pada malam terakhir Ramadhan, banyak perempuan di India, Pakistan dan Bangladesh melakukan tradisi Chaand Raat. Tradisi ini dilakukan dengan mengecat tangan serta kaki mereka dengan henna. Sebelumnya, mereka berbondong-bondong menuju toko unuk membeli cat warna-warni.
Pada momen ini, juga terjadi banyak wanita yang keluar untuk berbelanja. Untuk menjaga tradisi ini, pemilik toko akan menghias kios mereka dan membuka toko hingga pagi hari. Kios-kios henna biasanya berdekatan dengan toko perhiasan sehingga bisa menarik konsumen yang sedang berbelanja sambil dilukis dengan henna. Selain melakukan tradisi ini, wanita juga membagikan dan bertukar makanan manis.
Baca Juga : Ketika Badut 'Merajai' Sudut-sudut Kota Meksiko
Kunafa
Setiap Ramadhan datang, pastinya akan muncul makanan yang khas. Di Palestina, makanan khas dan identik dengan Ramadhan adalah kunafa. Makanan ini terbuat dari adonan tepung semolina bercampur keju panas. Jika sudah jadi, akan ditaburi sirup manis di atasnya.
Umat Muslim di Palestina bisanya memakan kunafa untuk jamuan sahur dan berbuka. Mereka percaya bahwa makanan ini dulunya berasal dari Kota Nablus.
Walaupun dikonsumsi sepanjang tahun, kunafa sudah identik dengan Ramadhan. Penjual juga sudah menyediakan stok dalam porsi banyak, dan menyediakan makanan ini selama Ramadhan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR