Nationalgeographic.co.id - Persoalan harga tiket pesawat terbang masih mengemuka hingga kini. Polemik biaya terbang yang dirasakan melangit ini seperti tak berkesudahan. Itu sebabnya, harga tiket penerbangan memukul industri pelesir alias pariwisata dan turunannya.
Bukti lainnya, animo masyarakat untuk bepergian dengan pesawat terbang untuk rute domestik terlihat dari data mudik Lebaran 2019.
Bayangkan saja, memasuki H-6 Lebaran 2019 jumlah penumpang pesawat terbang mengalami penurunan drastis.
Baca Juga: Harga Tiket Penerbangan Domestik Sangat Mahal, Ini Faktor Penyebabnya
"Dari 36 bandara yang dimonitor terjadi penurunan penumpang domestik, itu sebesar 47 persen dari H-7 hingga semalam H-6," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kemenhub, Cucu Mulyana di Jakarta, Kamis (30/5/2019).
Cucu mengatakan, kondisi serupa juga terjadi pada rute internasional dengan persentase penurunan lebih kecil dibanding domestik. Angka ini berbeda dengan tren tahun-tahun sebelumnya.
"Sementara penurunan penumpang penerbangan luar negeri sekitar 31 persen. Tapi ada kenaikan atau extra flight terjadi dalam penerbangan domestik itu, sekitar 40 flight," tuturnya.
Baca Juga: Mengapa Tiket Pesawat Anda Bisa Lebih Mahal dari Penumpang Sebelah?
Memasuki musim mudik Lebaran, polemik tiket pesawat memang seperti kian memanas. Bagaimana tidak, harga tiket menjadi melambung tinggi dan penumpang harus transit di daerah lain sebelum mencapai daerah tujuan. Sebagaimana yang viral belakangan ini, harga tiket Garuda Indonesia kelas bisnis rute Bandung-Medan dibanderol di atas Rp 21,9 juta. Namun, itu harga untuk kelas bisnis.
Harga tiket tersebut bisa dilihat melalui platform penjualan tiket online seperti Traveloka dan Tiket.com. Untuk menuju Medan, penumpang dari Bandung harus transit di Bali dan Cengkareng. Rute tersebut dianggap aneh dan berputar-putar sehingga membuat tiket menjadi mahal.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | instagram.com/@veyyputri |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR