Nationalgeographic.co.id – Di dataran tinggi Tibet, terdapat Danau Qinghai yang merupakan danau terbesar di seluruh Tiongkok. Berdasarkan studi yang dipublikasikan pada jurnal Vegetation History and Archaeobotany, para peneliti yakin wilayah dataran tinggi tersebut merupakan asal dari tanaman ganja.
Perjalanan mencari asal usul ganja merupakan proses yang panjang dan menyulitkan. Salah satu tantangan terbesar adalah karena kelompok tanaman bernama Humulus (hop) berbagi bentuk serbuk sari yang serupa dengan Cannabis (ganja) di catatan fosil. Alhasil, sangat susah untuk membedakan keduanya.
Baca Juga: Roemah Piatoe Ati Soetji, Filantropi Istri Mayor Cina di Betawi
Karena teka-teki inilah, John McPartland dari University Vermont, beserta rekannya, memutuskan untuk mencari tahu wilayah asal ganja dengan cara terbaru.
Mereka mengumpulkan 155 studi mengenai fosil serbuk sari, kemudian menggunakan tanaman lain sebagai proksi untuk menebak dari genus mana ia berasal.
Sebagai contoh, beberapa tanaman hanya tumbuh di samping Cannabis di stepa–seperti Artemisia. Sementara sisanya tumbuh bersama dengan Humulus.
Humulus dan Cannabis diyakini mulai terpisah sekitar 27,8 juta tahun lalu. Serbuk sari fosil tertua yang diidentifikasi sebagai Cannabis, diduga berasal dari 19,6 juta tahun lalu.
“Kami menjembatani jarak antara waktu perpisahan kedua tanaman dan penemuan serbuk sari tertua dengan memetakan kemunculan Artemisia,” tulis para peneliti dalam studinya.
“Data yang ada memusatkan kami ke dataran tinggi Tibet. Oleh sebab itu, kami menyimpulkan bahwa wilayah tersebut merupakan asal ganja–tepatnya di sekitar Danau Qinghai,” imbuh mereka.
Para peneliti yakin Cannabis tetap berada di lokasi asalnya di stepa dataran tinggi Asia Tengah tersebut selama jutaan tahun. Namun, ia kemudian menyebar pertama kali ke Eropa 6 juta tahun lalu. Dilanjutkan ke Tiongkok Timur sekitar 1,2 juta tahun lalu.
Serbuk sari ganja pertama kali muncui di subkontinen India lebih dari 32 ribu tahun lalu, tetapi bukti arkeologis pertama tanaman tersebut ditemukan di Jepang pada 10.000 SM.
Baca Juga: Mengapa Banyak Patung Kuno yang Kehilangan Hidungnya?
Meskipun penelitian ini cukup menarik, tapi perlu analisis lebih lanjut untuk membuktikannya. Pasalnya, asumsi ini hanya didasarkan pada habitat ‘teman’ Cannabis, yakni Artemisia.
Yang pasti, ketika manusia menyebar ke seluruh dunia, maka Cannabis juga ikut tersebar dan siap untuk dibudidayakan. Terbukti hingga saat ini ganja masih sering ditanam manusia di berbagai wilayah di dunia.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR