"Mungkin karena saya orang Kristen, jadi orang-orang mengira saya membangun sebuah gereja. Tapi itu bukan gereja. Saya sedang membangun sebuah rumah doa, tempat bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan," kata Alamsjah.
Pada tahun 2000, bangunan tersebut sempat terhenti karena biaya pembangunan yang terlalu tinggi. Sehingga bangunan tersebut sempat dijadikan rumah rehabilitasi dan terapi untuk anak-anak cacat, pecandu narkoba dan orang gangguan jiwa.
Pada bagian utama bangunan tersebut ada sebuah aula yang besar tetapi belum terdapat perabotan apapun. Selain itu, di sana terdapat beberapa kamar yang dilengkapi dengan kamar mandi.
Baca Juga: Saatnya Kembali ke Sumba, Festival Kuda Sandalwood Telah Siap Sambut WIsatawan
Karena sudah terbengkalai, banyak grafiti di dinding yang dituliskan dengan kata-kata kotor.
Meski pembangunan belum selesai, masih banyak pengunjung yang datang untuk melihat keunikan dan keindahan tempat ibadah tersebut.
Mereka juga menyediakan lahan parkir serta menjual makanan dan minuman untuk mendapatkan keuntungan, apalagi banyak pengunjung yang berdatangan.
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR