Nationalgeographic.co.id - Penuaan adalah suatu keniscayaan bagi semua makhluk hidup, dan meskipun kita masih belum tahu persisnya mengapa tubuh kita secara bertahap bertambah tua, kita mulai memahami bagaimana prosesnya terjadi.
Penelitian baru kami, yang dipublikasikan dalam Ecology Letters, menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi salah satu aspek paling penting dalam proses penuaan, pada tingkat DNA dasar kita. Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana stres dapat menyebabkan jam biokimia tubuh yang ada di dalam kromosom kita untuk berdetak lebih cepat.
Baca Juga: Menghabiskan Waktu 14 Bulan di Antartika Bisa Membuat Otak Menyusut
DNA - materi genetis dalam sel kita - tidak mengambang bebas di dalam inti sel, tapi terorganisir menjadi gumpalan bernama kromosom. Ketika sebuah sel membelah dan memproduksi sebuah replika dirinya, sel itu harus membuat salinan DNA, dan karena proses ini ada bagian kecil yang selalu hilang pada salah satu ujung setiap molekul DNA.
Untuk melindungi bagian penting dari DNA agar tidak hilang, ujung kromosom ditutup dengan rangkaian khusus yang disebut telomer. Telomer akan hilang secara bertahap selama pembelahan sel berturut-turut.
Hilangnya telomer secara bertahap ini bagaikan jam bagi sel: setiap terjadi replikasi, telomer menjadi semakin pendek, dan pada titik tertentu akan menjadi terlalu pendek sehingga memaksa sel mati.
Pertanyaan utamanya adalah seperti apa proses ini, yang terjadi di tingkat sel, berperan dalam kematian kita. Apakah mati-hidupnya dari setiap sel benar-benar sangat berarti? Apakah jam telomer yang berdetak benar-benar menghitung mundur waktu yang tersisa di tubuh kita untuk hidup?
Penuaan sel hanyalah salah satu dari sekian banyak komponen penuaan - tapi komponen ini merupakan salah satu yang paling penting. Kerusakan jaringan tubuh kita secara bertahap, dan kematian sel-sel kita yang tidak dapat dipulihkan, menyebabkan efek penuaan yang paling mencolok seperti hilangnya kebugaran fisik, kerusakan jaringan ikat yang menyebabkan keriput pada kulit, atau penyakit saraf seperti penyakit Parkinson.
Pertanyaan penting lainnya adalah: Adakah faktor yang mempercepat atau memperlambat hilangnya telomer kita?
Sejauh ini, jawaban yang ada untuk pertanyaan ini belumlah lengkap. Penelitian telah memberikan gambaran mekanisme yang mungkin terjadi dan menunjukkan bahwa hal-hal seperti infeksi atau bahkan keberadaan energi ekstra yang dikhususkan untuk reproduksi mungkin mempercepat pemendekan telomer dan mempercepat penuaan sel.
Bukti ini memang sepotong saja, namun semua faktor ini tampaknya memiliki satu kesamaan, yaitu dapat menyebabkan “tekanan fisiologis”. Secara umum, sel kita mengalami stres ketika proses biokimia terganggu, baik karena kekurangan sumber daya atau karena alasan lain. Apabila sel kehilangan terlalu banyak air, misalnya, kita dapat mengatakan sel tersebut mengalami “stres dehidrasi”.
Jenis stres yang mirip juga diperhitungkan. Kelelahan dan terlalu banyak bekerja membuat kita berada dalam stres kronis, seperti halnya merasa cemas untuk waktu yang lama. Kekurangan tidur atau stres emosional dapat mengubah jalur sel internal, termasuk fungsi telomer.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR