Nationalgeographic.co.id - Penemuan kerangka manusia berusia 10 ribu tahun di gua bawah laut Meksiko, memberikan bukti baru bahwa manusia pertama kali sampai ke Amerika tidak sebagai populasi tunggal seperti yang dijelaskan dalam teori-teori sebelumnya. Sebaliknya, menurut para peneliti, mereka datang dari berbagai wilayah.
Kerangka tersebut merupakan milik wanita Paleoindian berusia 30 tahun dan diberi nama Chan Hol 3. Ini karena ia ditemukan di sebuah gua bernama Chan Hol, di dekat kota Tulum, Semenanjung Yukatan, Meksiko.
Baca Juga: Setelah 30 Tahun Penemuan, Akhirnya Dinosaurus ini Ditetapkan Sebagai Spesies Baru
Para ilmuwan mengatakan, bentuk dan struktur tengkoraknya berbeda dengan kerangka lain yang berasal dari periode sama. Menunjukkan "setidaknya dua populasi Paleoindian berbeda secara morfologi".
Paleoindian merupakan orang-orang pertama yang sampai dan menempati Amerika. Mereka dipercaya telah melakukan perjalanan melintasi jembatan tanah kuno yang menghubungkan Asia dengan Amerika Utara (yang dikenal dengan nama Beringia pada Zaman Es) lebih dari 12 ribu tahun lalu, sebelum bermigrasi ke wilayah Patagonia di Amerika Selatan.
Tim yang dipimpin oleh profesor Wolfgang Stinnesbeck, ilmuwan bumi dari Heidelberg University, melakukan penanggalan kerangka menggunakan endapan mineral yang disebut flowstone yang menutupi beberapa tulang jari. Menurut mereka, Chan Hol 3 berusia 9.900 tahun atau lebih tua.
Analisis struktural menunjukkan bahwa Chan Hol 3 memiliki kepala bundar dengan tulang pipi yang lebar dan kening rata, mirip dengan tiga tengkorak lain dari gua Tulum. Meski begitu, menurut para peneliti, karakteristik tengkorak yang baru ditemukan ini berbeda dengan kerangka Paleoindian berkepala panjang yang ditemukan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Istana Peninggalan Suku Maya Ditemukan di Tengah Hutan Meksiko
Dr Silvia Gonzales, profesor geologi dan geoarkeologi dari Liverpool John Moores University, mengatakan: "Kerangka Tulum ini mengindikasikan bahwa ada satu kelompok atau lebih yang pertama kali mencapai benua Amerika dari titik geografis yang berbeda. Atau ada waktu yang cukup bagi sekelompok pemukim awal yang hidup sendirian di Semenanjung Yucatan, untuk mengembangkan morfologi tengkorak yang berbeda."
"Dengan kata lain, sejarah permukiman awal Amerika tampaknya lebih rumit dan mungkin bermula ribuan tahun lebih cepat dari yang diyakini selama ini," imbuhnya.
Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal PloS One.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR