Sisi depan rumahnya menjadi tempat warung makan dan tempat duduk tamu-tamu warungnya. Di ruang itu juga terdapat pojok tempat Pek Hauw duduk di meja kerjanya.
Tampak tumpukan buku-buku pengetahuan dan budaya Cina yang ia kumpulkan. Di salah satu sisi tembok di dekat meja kerjanya terdapat foto-foto dirinya, empat anak perempuan dan satu anak laki-lakinya yang ia banggakan.
Jika Anda sempat berkunjung ke warung makan Fajar Pagi di Slawi, cobalah untuk bercakap dengan Pek Hauw atau istrinya. Mereka selalu ramah melayani pelanggan. Jika beruntung, Pek Hauw bisa mengajak Anda melihat koleksi keris dan menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya ketika masih aktif berkegiatan kungfu. Atau, Anda akan mendengar kisah berkembangnya teh wangi melati di Slawi.
“Lain waktu mampir ya, makan di sini, di sini masakane ndak pake micin,” ujar Pek Hauw jelang saya mengucapkan salam berpamitan.
Penulis | : | Agni Malagina |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR