Nationalgeographic.co.id – Jika sejarah tidak berulang, ia pasti berima. Dengan permintaan sepeda yang meningkat, juga persiapan setiap negara untuk mendesain ulang kota-kotanya yang berfokus pada pejalan kaki dan pesepeda, ini mengingatkan pada abad ke-19 ketika munculnya sepeda mengubah masyarakat di seluruh dunia.
Kala itu, sepeda merupakan disrupsi teknologi, mirip dengan smartphone hari ini. Selama beberapa tahun ke depan pada 1890-an, sepeda menjadi barang yang harus dimiliki setiap orang. Ia merupakan alat transportasi yang cepat, terjangkau, bergaya, dan bisa membawa Anda ke mana pun dan kapan pun Anda ingin pergi dengan gratis.
Hampir semua orang bisa mengendarainya. Mulai dari Sultan Zanzibar, Tsar Rusia, kelas menengah hingga kelas pekerja di seluruh dunia memiliki sepeda mereka sendiri. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, masyarakat bisa bergerak dengan bebas sesuka hati. Tidak perlu kereta kuda yang mahal.
Tak hanya ringan, terjangkau, dan mudah dirawat, sepeda juga membuat perjalanan lebih cepat.
Baca Juga: Semasa Hidup, Tjokroaminoto Gemar Memerankan Wayang Orang Hanoman
Gaya hidup berubah. Para wanita sangat antusias, mereka mengganti rok gaya Victoria yang rumit dengan celana dan pakaian ‘rasional’ serta berbondong-bondong turun ke jalanan dan bersepeda.
“Saya rasa sepede juga berperan dalam emansipasi wanita, melebihi apa pun di dunia ini,” kata Susan B. Anthony, aktivis hak-hak perempuan, dalam sebuah interview dengan New York Sunday World pada 1896.
“Saya berdiri dan bersuka cita setiap kali melihat seorang wanita mengendarai sepeda. Menunjukkan bahwa mereka wanita yang bebas dan tidak mudah goyah,” tambahnya.
Pada 1898, bersepeda menjadi kegiatan yang populer di Amerika Serikat sehingga menurut New York Journal of Commerce, mengalahkan bisnis restoran dan bioskop.
Melahirkan industri lain
Orang yang menciptakan sepeda adalah pria asal Inggris bernama John Kemp Starley. Pada 1885, ketika berusia 30 tahun, ia mulai melakukan eksperimen di bengkelnya. Starley membuat sepeda yang digerakkan rantai dengan dua roda yang lebih kecil. Setelah beberapa kali membuat prototipe, ia mendapatkan hasil seperti apa yang kita lihat sekarang.
Source | : | Roff Smith/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR