Nationalgeographic.co.id - Pada 14 Juli, Prancis merayakan Hari Bastille dengan kembang api dan parade besar militer. Seremonial itu menandai ulang tahun penyerbuan benteng besar yang menahan tahanan politik, sebagai pertanda Revolusi Prancis di Paris pada 1789.
Kala itu, Prancis menghadapi kemarau panjang yang mengakibatkan kurangnya pasokan makanan sekaligus terhimpit pajak yang tinggi, sebagai solusi hutang Louis XVI. Tiraninya saat itu memang sedang memanas.
Louis XVI yang khawatir mencoba meredam revolusi politik yang saat itu mendidih. Namun, para tentara revolusi melakukan perlawanan dengan penyerbuan untuk menjarah senjata.
Baca Juga: Meleburnya Budaya Indonesia dan Prancis Melalui Dagelan Bernama Farce
Pada 14 Juli 1789, pawai dilakukan ke Hôtel des Invalides untuk menjarah senjata api dan meriam dari pasukan revolusi.
Selain itu, terjadi juga penyerbuan ke penjara Bastille untuk menjarah amunisi dan berburu bubuk mesiu. Perburuan bubuk mesiu, mulanya adalah alasan utama penyerbuan Bastille--bukan membebaskan para tahanan politik.
Pertempuran mematikan terjadi di Bastille, bahkan gubernur penjara dan para perwiranya dipenggal. Hal ini merupakan efek samping dari pemberontakan yang kacau dan bukan niatan utamanya.
"Ketika ada berita di Versailles bahwa orang-orang telah menyerbu Bastille, keluarga kerajaan berpikir bahwa ini adalah bencana karena orang-orang berada di luar kendali," kata Edelstein di laman Times.
Louis XVI bertanya pada adipati Perancis malam itu apakah penyerbuan Bastille adalah pemberontakan? kemudian adipati itu menjawab, “Tidak, Baginda, sebuah revolusi.”
Peristiwa itu memperkuat makna politik revolusi dan gagasan menyerbu Bastille sebagai demonstrasi melawan tirani politik, bukannya peristiwa kekerasan. Feodalisme dihapuskan pada bulan Agustus sejak itu.
Baca Juga: Apakah Manusia Bisa Melakukan Hibernasi Seperti Beruang?
Source | : | times |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR