Nationalgeographic.co.id - Slavoj Žižek merupakan seorang filsuf dan ahli teori budaya Slovenia yang mengangkat tema psikoanalisis, politik, dan budaya populer.
Gayanya sengaja provokatif dan Žižek cenderung memasukan humor pada karya-karyanya. Ini membuatnya menjadi tokoh populer di kalangan intelektual Barat kiri sejak 1990-an. Dia adalah salah satu intelektual publik paling terkemuka di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.
Baca Juga: Mengenal Agama Baru Scientology yang Tumbuh di Amerika Serikat
Žižek belajar filsafat di Universitas Ljubljana, di mana ia memperoleh gelar sarjana (1971), master (1975), dan doktor (1981). Ia juga menjabat sebagai peneliti dan profesor dari 1979.
Pada akhir 1970-an, minatnya bergeser dari teori sosial Sekolah Frankfurt, yang memberinya kritik psikoanalitik dan Marxis terhadap ideologi, ke teori psikoanalitik Jacques Lacan.
Pada awal 1980-an, ia belajar psikoanalisis di Universitas Paris VIII, menerima gelar doktor kedua (1985) untuk interpretasi Lacanian yang tidak ortodoks tentang G.W.F. Hegel, Karl Marx, dan Saul Kripke.
Saat berada di Paris ia juga menjalani psikoanalisis dengan menantu dan pewaris intelektual Lacan, Jacques-Alain Miller.
Selama tahun 1980-an Žižek secara aktif terlibat dalam oposisi demokratis terhadap rezim sosialis independen di Yugoslavia, di mana Slovenia saat itu menjadi bagiannya.
Baca Juga: Para Psikolog Berbagi Kiat Agar Merasa Bahagia Setiap Hari, Ini yang Mereka Lakukan
Melalui pengajaran dan tulisannya, termasuk kolom mingguan untuk surat kabar Mladina, ia membantu mendefinisikan orientasi teoritis dari banyak aktivis mahasiswa, memperkenalkan motif dari idealisme Jerman (subjek disertasi doktoralnya yang pertama), strukturalis Prancis Marxisme (khususnya karya Louis Althusser), dan psikoanalisis Lacanian.
Sejak awal 1990-an ia menjabat sebagai profesor tamu di berbagai universitas di Eropa dan Amerika Serikat.
Penggunaan humor Žižek, termasuk lelucon tentang kehidupan di bawah sosialisme birokrasi Stalinis dan tentang budaya konsumen, dapat membantu menjelaskan popularitasnya bahkan di antara pembaca yang tidak terbiasa dengan teori budaya Eropa kontemporer, dilansir dari laman Britannica.
Bumi Semakin Rapuh pada 2024, Ilmuwan Wanti-wanti Datangnya Ancaman yang Lebih Buruk
Source | : | britannica |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR