Nationalgeographic.co.id - Buku L. Ron Hubbard berjudul Dianetics: The Modern Science of Mental Health laris pada tahun 1950. Pendiri Scientology itu mulanya memahawi Dianetika sebagai "ilmu pikiran". Hubbard kemudian mengadaptasi teorinya ke dalam pendekatan yang lebih religius, Gereja Scientology.
Scientology telah menyebar dari asalnya di California Selatan ke seluruh Amerika Serikat dan dunia, menimbulkan banyak perdebatan di sepanjang jalan.
Pembaca pasca Perang Dunia II menerima klaim Hubbard soal penyembuhan pikiran. Itulah mengapa bukunya menjadi cepat laris.
Baca Juga: Apa yang Disepakati dari Normalisasi Hubungan Israel dan UAE?
Kelompok Dianetika tersebar di seluruh negeri dan luar negeri, bahkan ketika American Psychological Association dan organisasi lain mempertanyakan klaim Hubbard mengenai sifat ilmiah dari pendekatannya, dilansir dari laman History.
Pada tahun 1952, Hubbard memperkenalkan aspek baru dari proses audit: perangkat yang disebut elektropsikometer, atau E-meter, yang mengukur kekuatan arus listrik kecil yang mengalir melalui tubuh saat seseorang menjawab pertanyaan auditor.
Pengenalan E-Meter membantu menandai transisi Hubbard dari Dianetics ke Scientology, sebuah istilah yang katanya berasal dari bahasa Latin scio (studi) dan logo Yunani (mengetahui).
"Ilmu pengetahuan" baru ini menggunakan prinsip Dianetika dalam kerangka kerja yang berbeda. Ide Hubbard bukan pendekatan kesehatan mental, tetapi sekarang menjadi dasar bagi gerakan keagamaan baru.
Pada tanggal 18 Februari 1954, dokumen penggabungan diajukan di Los Angeles untuk Gereja Scientology of California, organisasi Scientology resmi pertama.
Amerika Serikat, rumah bagi mayoritas Scientology, telah mengakui Scientology sebagai agama, dengan Internal Revenue Service (IRS) yang menegaskan kembali status bebas pajak gereja pada tahun 1993 setelah penyelidikan yang berjalan lama.
Pada 2013, pengadilan tertinggi Inggris juga menegaskan status Scientology sebagai agama dengan memutuskan bahwa kelompok tersebut dapat mengadakan pernikahan di gerejanya di London.
Baca Juga: Resesi Mengintai Indonesia, Apa Penyebab dan Akibatnya?
Negara-negara lain telah menolak untuk melegitimasi iman tersebut: Jerman telah melarang para Ilmuwan memegang jabatan publik, sementara pada tahun 2009 pengadilan Prancis menyatakan bahwa gereja tersebut bersalah karena penipuan, tetapi tidak melarang sama sekali.
Pada tahun 2018, terdapat lebih dari 11.000 gereja, misi, dan kelompok di 184 negara, dan gerakan tersebut menyambut lebih dari 4,4 juta orang baru setiap tahun. Namun, para sarjana dan pengamat dari luar gerakan tersebut mengatakan jumlah ilmuwan yang mempraktikkan mungkin lebih rendah dari yang diklaim gereja, mungkin berjumlah ratusan ribu di seluruh dunia.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Source | : | History |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR