Nationalgeographic.co.id - Pada bulan ini, luangkan waktu untuk mengalihkan perhatian mata Anda dari televisi, ponsel dan distraksi lainnya menuju langit beserta objek-objeknya.
Pasalnya, seperti diungkapkan oleh Emanuel Sungging selaku Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN) pada Selasa (1/9/2020) kepada Kompas.com, ada banyak fenomena langit menarik yang terjadi pada bulan September 2020.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Temukan 50 Eksoplanet Baru Untuk Pertama Kalinya
Berikut adalah tujuh rekomendasi Sungging yang tidak boleh dilewatkan:
1. Bulan purnama jagung penuh: 2 September 2020
Pada setiap bulannya, akan ada fenomena Bulan purnama dengan nama-nama yang unik. Baca juga: Pertama Kalinya, NASA Juno Tangkap Fenomena di Bulan Terbesar Jupiter Nah, Bulan purnama kali ini disebut sebagai Bulan Jagung Penuh (Full corn moon) dan Bulan Jelai Penuh (Full barley moon), karena pada saat inilah tanaman jagung dan jelai sedang dipanen.
Puncak Bulan purnama pada tanggal 2 September 2020 ini terjadi pada pukul 12.21 WIB dengan jarak geografis 399.200 kilimeter dan diameter sudut 29,5 menit busur.
2. Konjungsi Bulan-Mars: 5-6 September 2020
Puncak konjungsi Bulan-Mars di Indonesia terjadi pada tanggal 6 September 2020. Waktu puncak bervariasi antara pukul 13.42 WIT di Jayapura dan pukul 11.43 WIB di Sabang.
Emanuel berkata, dalam kondisi fenomena ini, Bulan dan Mars terletak di konstelasi Pisces dekat manzilah Alrescha.
3. Okultasi Mars oleh Bulan: 6 September 2020
Okultasi Mars oleh Bulan adalah fenomena astronomis ketika Mars melintas di belakang Bulan, sehingga tampak tertutupi oleh Bulan.
Untuk diketahui, okultasi mars oleh Bulan terjadi karena jarak Mars ke Bumi lebih jauh dibandingkan dengan jarak Bulan ke Bumi.
Jika Anda ingin menyaksikannya, catat waktunya. LAPAN menyebutkan bahwa okultasi Mars oleh Bulan terjadi pada tanggal 6 September 2020 mulai pukul 09.25 WIB hingga pukul 14.03 WIB.
4. Retrogade Mars: mulai 10 September 2020
Emanuel menjelaskan, retograde adalah gerak semu planet yang tampak berlawanan arah yaitu dari Timur ke Barat dibandingkan dengan gerak normalnya dari Barat ke Timur, jika diamati dari Bumi.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR