Dalam dua dekade terakhir, para ilmuwan telah memantau efek mencairnya Arktika pada populasi beruang kutub. Dan masa depan hewan ini tampak semakin suram.
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa es di Arktika menghilang sebanyak 14% dalam satu dekade – secara otomatis membatasi kemampuan beruang untuk memburu anjing laut yang menjadi makanan mereka.
Penelitian mengenai beruang yang tinggal kepulauan Arktik, Svalbard, menyatakan bahwa satwa ini bereproduksi dengan kecepatan seperlima dari 20 tahun lalu.
Melihat statistik yang suram ini, para ilmuwan memprediksi, populasi beruang kutub di dunia mungkin akan menurun sebanyak 20 hingga 30 ribu.
(Baca juga: Samson, Badak Jawa yang Ditemukan Mati di Ujung Kulon)
“Salah satu masalahnya adalah ketika jumlah populasi sangat rendah, akan muncul kelainan genetik akibat perkawinan sedarah,” kata Andrew Derocher, ahli biologi dari University of Alberta.
Untuk menghindari hal itu, Derocher dan timnya mengembangkan beberapa strategi kompleks untuk menyelamatkan beruang kutub. Rencananya cukup berani, mulai dari menyediakan makanan tambahan hingga menyediakan ibu pengganti.
Makanan untuk beruang yang kelaparan
Beruang kutub saat ini bisa ditemukan di sepanjang Lingkaran Arktika, dari Alaska hingga Rusia. Namun, seiring memanasnya Bumi dan mencairnya es laut, jumlah hewan ini mengalami penyusutan. (Beberapa orang menyarankan untuk mengganti es laut yang hilang dengan gumpalan buatan. Namun, ini tidak mungkin berhasil karena ganggang – yang menjadi dasar rantai makanan – hanya bisa tumbuh pada es asli).
Pada akhirnya, satu-satunya beruang kutub yang mungkin bisa bertahan hidup di alam liar adalah mereka yang menetap di wilayah teluk Norwegia.
“Wilayah itu diharapkan menjadi salah satu benteng es terakhir di laut Arktika,” ujar Steven Amstrup, kepala peneliti di Polar Bears International, konservasi di Bozeman, Montana, AS.
“Dengan strategi dan rencana yang tepat, kita dapat membantu beruang kutub bertahan hidup selama mungkin,” tambahnya.
Agar 5000 beruang (jumlah minimal untuk mecegah perkawinan sedarah) bisa tetap hidup di wilayah tersebut, para ilmuwan percaya perlu ada pertolongan dari manusia.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR