Sebagai penanganan atas konflik di dalam kekuasaan Romawi tersebut, pemimpin Romawi bagian Timur, Valens menarik sebagian pasukannya dari perang, menyisakan banyak pasukan di timur kekaisaran, dan membuat perjanjian damai dengan Persia. Ia juga turut mengajak Gratian dan pasukannya untuk ikut bergabung menyerang pasukan Goth yang mulai mendekati Adrianopel.
Menurut Ammianus yang dikutip Butler, Gratian dari Romawi Barat tak kunjung tiba dan hanya mengirimkan pasukan kecil yang membuat kandas harapan Valens. Akibatnya pertempuran yang rencananya jatuh pada 9 Agustus, mau tak mau harus dilakukan meskipun moral pasukan Romawi merosot.
Hari pertempuran pun tiba, pasukan Romawi berbaris sekitar tiga kilometer dari kubu lawan di Adrianopel. Pasukan Goth langsung membuat posisi melingkar, dan pasukan yang dipimpin Fritigern ditempatkan di punggung bukit.
Baca Juga: Penyebab Runtuhnya Kekaisaran Romawi
Ammianus dalam catatannya, dikutip oleh MacDowell menuliskan, "Orang-orang bergegas ke pos mereka dan berdiri teguh; tidak ada yang tidak patuh atau meninggalkan barisan untuk membuat serangan mendadak."
Untuk meningkatkan moral mereka kembali, prajurit Romawi mengeluarkan teriakan dan raungan keras, dan memulai pertempuran dengan saling lempar lembing dan senjata jarak jauh. Sedangkan lawan segera membuat formasi kura-kura yang lazimnya digunakan oleh prajurit Romawi.
"Bangsa barbar yang selalu waspada dan gesit... menerobos sayap kiri kita," terang Ammianus. "Ini memberi jalan, tetapi pasukan cadangan yang kuat membuat serangan yang sengit dari dekat dan menyelamatkan orang-orang kami dari mulut kematian."
Ketika kavaleri Romawi mendesak mundur prajurit Goth hingga ke lingkaran pusat yang berisi gerobak dan masyarakat sipil mereka, ternyata datanglah kelompok bantuan untuk bangsa Goth. Isinya beranggotakan orang Hun dan Alan yang kebanyakan berkuda, dan segera memporakporandakan prajurit Romawi.
Banyak prajurit Romawi yang berusaha melarikan diri, tetapi dihabisi oleh kaveleri Goth. Prajurit Romawi berusaha untuk memanggil pasukan cadangan, tapi pasukan tersebut ternyata lebih dulu melarikan diri.
Tersisa bersama sekitar 2 ribu prajurit yang gigih hingga titik darah penghabisan, kaisar Valens pun gugur.
Menurut Butler dan tim, terdapat dua laporan mengenai kematian Valens. Pertama, kaisar Romawi Timur tersebut tewas terpanah dan jenazahnya tidak pernah ditemukan. Laporan kedua terluka dan dibawa ke suatu rumah, kemudian sekelompok orang Goth menyerang mereka lalu membakarnya.
Baca Juga: Lelucon Senonoh Sudah Ada Sejak Zaman Romawi Kuno, Ini Buktinya
Sehari setelah pertempuran, bangsa Goth gagal menerobos masuk Adrianopel dan berpindah menjarah kota Thrace.
Di Konstantinopel, Theodisus I menggantikan Valens, dan segera bergandengan dengan Gratian di Barat untuk mengalahkan orang Goth. Meskipun Romawi selalu gagal, orang Goth sendiri juga tak bisa mengalahkan Romawi dalam pertempuran penting lainnya, sehingga kedua belah pihak membangun perjanjian yang sama seperti perjanjian 376.
Butler dan tim menilai pertempuran ini menjadikan orang Goth bukanlah bangsa yang remeh di medan laga. Mereka semakin berani menuntut Romawi, baik di Barat maupun Timur.
Perjanjian yang masih sama itu pulalah, menurut Butler dan timnya, kelak membawa mereka menjarah kota Roma pada 410, membuat kekaisaran Romawi Barat runtuh.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR