Nationalgeographic.co.id—Ada yang unik dengan anak-anak di Pulau Arborek, Rajaampat. Dengan berani mereka menyapa tamu dengan "good morning". Sambil senyum-senyum memperkenalkan dirinya menggunakan bahasa Inggris. Seolah-olah bersahabat dengan orang asing.
Ternyata kebiasaan itu telah ditanamkan oleh orang-orang yang peduli dengan pendidikan di Arborek. Salah satunya bernama Githa Anathasia. "Kalau di Arborek kami membiasakan mereka dari keluar rumah hingga bertemu siapapun harus mengucapkan salam dalam bahasa Inggris," kata wanita yang jadi CEO Kitong Bisa Rajaampat kepada National Geographic Indonesia di Arborek (12/03/2021).
Menanamkan bahasa Inggris dari nol pada anak-anak sekolah dasar di Arborek seperti meruntuhkan beton dengan kepalan tangan. Menurut Githa mereka tidah tahu cara pegang pulpen atau pensil, terutama kelas satu dan dua. Karena menghafal sudah jadi kebiasaan mereka ketimbang menulis. Sementara mengimbangi kurikulum bahasa Inggris di Papua Barat yang berlari kencang, anak-anak itu tidak sanggup karena terlalu berat.
"Jadi yang kami ajarkan adalah pengulangan materi. Misalnya tentang hari dan itu diulang-ulang sampai mereka paham dan tahu cara menulis tanpa melihat apa yang tertera di papan tulis. Sampai mereka juga bisa membedakan today, tomorrow, yesterday, the day after tomorrow. Setelah dasar itu mereka kuasai oke kita lanjut," ucap Githa.
Kegiatan belajar mengajar ini berlangsung pada hari Sabtu dan Minggu oleh para pengajar sukarela dari Kitong Bisa. Setiap kelas pun berbeda-beda teknik belajarnya. Untuk kelas satu dan dua diajarkan cara menulis, kelas tiga dan empat diajarkan tentang angka, dan murid kelas lima dan enam coba menyampaikan percakapan bahasa Inggris.
Source | : | Wawancara Githa Anathasia,Wawancara Billy Mambrasar,Wawancara Darius Mambrakuwatem |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR