Hal ini diungkap lewat penelitian pada 55 karyawan dari berbagai bidang. Mayoritas mereka yang menjadi responden adalah laki-laki dengan usia rata-rata 33 tahun. Kemudian mereka disurvei terkait perasaan mereka selama temu daring.
Survei itu diberikan pada responden selama sembilan jam di setiap lima hari kerja tahun lalu. Hasilnya, responden berhasil menyelesaikan lebih dari 1.700 survei dan berpartisipasi dalam rata-rata lima hingga enam temu daring selama seminggu.
Rasa lelah itu muncul dari rasa bosan, seperti yang diungkapkan salah satu responden, "Bosan berada di dalamnya, sangat lelah setelah berada di dalamnya." Bahkan ada pula yang menulis temu daring "dapat membebani pikiran dan jiwa."
"Secara keseluruhan, 92,9% responden menyebutkan manifestasi psikosomatis atau psikologis dari kelelahan saat menjawab pertanyaan terbuka pertama yang menjadi bukti awal dari pengalaman unik ini," jelas para peneliti dalam laporan.
Baca Juga: National Geographic Indonesia | Rekor Pentas Wayang Orang Daring Pertama di Indonesia Melalui ZOOM
Sedangkan kegiatan menonton diri sendiri di webcam ternyata tak ada dampak signifikan secara statistik dengan kelelahan pasca pertemuan daring, tulis para peneliti.
Laporan dari responden menyebutkan bawha mereka lebih memilih mematikan webcam untuk mengatasi kebosanan. Mereka tak merasa ada hubungannya dengan rasa kebosanan temu daring dengan melihat diri sendiri.
Bahkan ada yang menulis, "Semua orang hanya ingin masuk dan keluar, log in dan log off." Tapi di satu sisi ada yang membuat mereka tertarik terlibat karena "Ada sedikit obrolan di sebelum dan sesudah pertemuan seolah lagi di pertemuan nyata."
Obrolan seperti itu dapat membantu membantu rasa memiliki konferensi dalam kelompok, yang memiliki efek nyata untuk mengurangi kelelahan, tulis para peneliti.
Mereka juga mengungkapkan bahwa pemilihan waktu yang baik agar tidak bosan adalah sebaiknya diadakan di sore hari. Diduga sore hari tak menyebabkan banyak kelelahan dibandingkan waktu lainnya di hari yang sama.
Baca Juga: Ilmuwan Inggris Temukan Cara untuk Deteksi DNA Manusia di Udara
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR