Pada hari ke-92, para petugas medis meresepkan tablet kalium karena kadar kalium dalam tubuh Angus semakin rendah. Biasanya, kita mendapat kalium dari garam, tetapi karena Angus tidak mengonsumsi makanan, tidak ada garam, dan karenanya tidak ada kalium. Kalium sangat penting bagi tubuh manusia. Maka setelah puasa yang ia jalani berakhir, Angus diminta untuk segera makan garam dalam jumlah tinggi dalam waktu yang singkat untuk menaikkan kembali kadar kalium dalam tubuhnya.
Kadar glukosa Angus yang rendah juga sempat mengkhawatirkan para petugas medis meskipun itu adalah respons normal terhadap kondisi lapar. Namun secara keseluruhan, para petugas medis tercengang melihat seberapa baik respons dan proses dalam tubuh Angus. Biasanya, selama kelaparan, tubuh akan menghadapi banyak masalah dan organ-organ akan mulai rusak.
Setelah 382 hari tanpa makanan apapun, Angus Barbieri kehilangan berat badan sebanyak 125 kilogram, mencapai berat sehat 82 kilogram, mendekati berat sasarannya. Menurut Angus, dia tidak pernah merasa lebih baik dalam hidupnya.
Baca Juga: Ahwang, Biksu Paling Penyendiri Sejagad di Kuil Tengah Danau Tibet
Yang lebih mengherankan, Angus mempertahankan berat badan ini, kurang lebih selama sisa hidupnya, meskipun ia hanya hidup sampai usia 51 tahun. Saat kematiannya, ia hanya menambah 7 kilogram dari angka berat badannya yang tercatat sesaat setelah ia berpuasa makan selama 382 hari tersebut.
Penurunan berat badan Angus karena kelaparan akibat puasa makan ini kemudian dicatat menjadi rekor dunia pada tahun 1971. Namun, karena pola makan seperti itu dapat memiliki implikasi kesehatan yang mengerikan, Guinness Book of Records berhenti memasukkan rekor ini pada tahun 2016.
Angus Barbieri meninggal pada 7 September 1990. Banyak orang mengira kematiannya wajar, tapi ada juga yang menduga dia meninggal karena gangguan-gangguan kesehatan tertentu.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR