Nationalgeographic.co.id—Semakin ke bawah, Bumi punya lapisan yang sangat panas dengan suhunya yang hampir sama dengan permukaan Matahari yang disebut inti dalam bumi. Menurut studi sains yang dilakukan Australian National University (ANU) pada 2018, lapisan itu berbentuk padat.
Selain inti Bumi, prinsip dasar geoglogi bahwa bumi terdiri tiga lapisan lainnya, yakni inti luar, mantel, dan kerak bumi. Kerak bumi merupakan lapisan dimana kita berpijak, dan lalu diikuti mantel bumi yang jadi lapisan paling tebal sekitar 3.000 kilometer.
Lalu di bawahnya terdapat inti bumi sekitar 1.355 mil tebalnya dan beperan bsar atas medan magnet bumi. Sedangkan inti dalam sendiri terbaut dari campuran besi dengan radius 760 mil di dalam sana.
Inti luar ketebalannya sekitar 1.355 mil yang berperan besar atas medan magnet bumi. Sedangkan inti dalam terbuat dari campuran besi padat dengan radius 760 mil.
Kemudian temuan terbaru dari ANU mengungkapkan bahwa ada lapisan kelima yang selama ini tak disangka. Kelompok penelitian yang dipimpin Joanne Stephenson mempublikasikan laporan sains terbarunya di JGR Solid Earth November 2020. Dalam laporan itu mereka menulis, lapisan itu adalah "inti terdalam" yang berada 12.262 kilometer di bawah sana.
Keberadaannya diungkap lewat pemantauan seismik. Lewat pengamatan itu, membantu para ilmuwan mengukur gelombang suara yang diciptakan oleh bumi dan menembus ke lapisan lainnya di bawah sana.
Dalam pengamatan, para ilmuwan melihat bahwa gelombang suara mengalami perlambatan yang dianggap tidak wajar. Dari sinilah, mereka melihat sekilas ada sebuah materi.
Baca Juga: Tersimpan Jutaan Spesies yang Belum Terungkap di Antara Permukaan dan Inti Bumi
Data seismik selama puluhan tahun dari stasiun seisomograf seluruh dunia dan yang terbaru selanjutnya diolah menjadi algoritma pencarian khusus. Lewat itu, para ilmuwan dapat membuat ribuan model inti dalam yang kemudian dibandingkan.
Setelah dikumpulkan, para ilmuwan mendeteksi adanya perubahan struktur besi di inti dalam. Lantas dipastikan besi itu merupakan lapisan lain dari inti dalam Bumi.
Selain itu ada pula algoritma pencarian khusus yang digunakan untuk membandingkan ribuan model inti dengan data.
"Kami menemukan bukti yang mungkin menunjukkan perubahan dalam struktur besi, yang menunjukkan mungkin dua peristiwa pendinginan terpisah dalam sejarah Bumi," dalam rilis akademik.
"Detail dari peristiwa besar ini masih sedikit misteri, tapi kami telah menambahkan potongan teka-teki lain terkait pengetahuan kami tentang inti dalam bumi."
Baca Juga: Benarkah Inti Bumi Berbentuk Padat? Peneliti Mencoba Membuktikannya
Temuan dan metode serupa juga sempat dilaporkan pada 2015 lalu oleh University of Illinois dan Nanjing University. Lewat gelombang seismik, gempa dapat beresonansi dan menghasilkan sinyal untuk dapat mengungkap inti terdalam itu.
“Ternyata sinyal koheren yang ditingkatkan oleh teknologi lebih jelas daripada cincin itu sendiri,” kata Song dikutip dari ScienceDaily.
"Ide dasar dai metode ini telah ada sejak lama, dan orang telah menggunakannya untuk jenis penelitian lain di dekat permukaan. Tapi kami sedang mencari jauh-jauh ke pusat bumi."
Maka dari itu, hasil dalam laporan mereka masih perlu analisis lanjutan dari kumpulan data yang ada. Jika demikian, data ini membuka pandangan prinsip geologi baru agar buku pengetahuan kita tentang bumi bisa diperbarui, ujar Stephenson.
Baca Juga: Kutub Magnet Bumi Bergeser, Dampaknya Bisa Pengaruhi GPS di Ponsel
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR