Selain itu, pelayaran ini juga ditandai dengan Festival Jalur Rempah yang mengangkat kekayaan alam dan budaya masing-masing titik singgah yang dirajut dari elemen berbagai budaya berupa seni, kriya, kuliner, ramuan, wastra, dan kesejarahan. Kegiatan ini merupakan upaya diplomasi budaya dan penguatan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Secara keseluruhan, misi pelayaran yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini bertujuan untuk melihat jalur rempah “dari geladak kapal kita sendiri.”
Sejarah mencatat, rempah-rempah pernah mengharumkan Nusantara. Negeri ini pernah menjadi pemain penting dan pemasok utama dalam perdagangan dunia, jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara.
Baca Juga: Nasib Kapal-Kapal Kuno yang Tenggelam di Jalur Rempah Nusantara
Rempah-rempah telah menjadi bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saking pentingnya, rempah-rempah sempat menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global.
Akibat dari lalu lintas laut yang padat dari Asia Timur, Timur Tengah, Eropa dan sebaliknya, Jalur Rempah pun kemudian terbentuk dari banyaknya peradaban yang saling berinteraksi tersebut. Jalur globalisasi di Nusantara ini kemudian menjelma sebagai ruang silaturahmi antarmanusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya, melampaui konteks ruang dan waktu, yang dipertemukan oleh laut, samudra, dan sungai.
Mengangkat kembali budaya rempah adalah upaya membangun ekosistem budaya rempah dari hulu hingga hilir yang diharapkan didukung oleh semua pihak. Gerakan ini diharapkan menjadi kebangkitan atas kekuatan kebaharian, mengubah paradigma lama, dan membangun perspektif yang luas atas potensi alam dan budaya Indonesia untuk masa depan yang lebih baik.
Baca Juga: Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR