Nationalgeographic.co.id—Perdebatan di antara para ahli Mesir Kuno untuk menemukan pendiri Dinasti I Mesir masih terus berlanjut. Muncul nama Menes, Narmer dan juga Hor-Ara. Beberapa ahli sejarah Mesir Kuno percaya bahwa Menes dan Narmer adalah orang yang sama.
Berbeda dengan ahli sejarah, ada pendapat yang mengatakan bahwa Menes dan Hor Ara adalah orang sama. Namun, baik Menes maupun Narmer mampu menyatukan Mesir yang pada awal perkembangan terbagi menjadi dua, yaitu Mesir Hulu dan Mesir Hilir.
Narmer menjadi karakter kunci sejarah Mesir. Narmer adalah seorang Raja Mesir Kuno dari periode dinasti awal. Berdasarkan sumber Herodotus dan Sincelo, pemerintahan Narmer berlangsung selama enam dekade sekitar tahun 3050 SM. Narmer dianggap sebagai pendiri dinasti pertama sekaligus raja yang pertama kali memerintah seluruh Mesir.
Nama Menes diberikan kepada Narmer ketika naik tahta di Mesir Hulu. Kemudian, Narmer yang cerdas dan pantang menyerah memperluas wilayah dengan menaklukan Mesir Hilir. Proses penaklukan dilakukan secara paksa seperti yang tergambar pada palet Narmer. Melihat keberhasilan diri, akhirnya Narmer membangun sebuah kota yang bernama Ineb Hedy ‘Tembok Putih” (kedepannya Memphis) sebagai ibu kota pemerintahannya.
Pendirian Memphis oleh firaun pertama, Narmer, yang jauhnya ratusan kilometer di Utara Tinis merupakan gambaran kekuasaan atas Mesir Hilir di bawah komandonya.
Seperti laki-laki yang tidak bisa hidup sendiri, Narmer yang berasal dari kota Tinis, ibu kota Mesir Hulu menikah dengan Neithotep yang berasal dari Naqada, Mesir bawah. Pernikahan ini berfungsi sebagai kerjasama antara dua kota.
Baca Juga: Belum Ada USG, Ini Cara Firaun Mengetahui Jenis Kelamin Bayi
“Neithhotep dianggap sebagai ratu Mesir pertama yang diidentifikasi oleh para sejarawan.” Penjelasan Ismail Hamed, seorang peneliti dan penulis.
Pernyataan Ismail Hamed didukung oleh Joshua J. Mark dari Encyclopedia Sejarah Kuno pada laman egypttoday.com yang menyatakan bahwa Neithhotep adalah ratu pertama dari Dinasti Awal Mesir yang didirikan suaminya Narmer atau Menes.
Pada masa pemerintahan Narmer, banyak sekali karya dan kuil yang dibangun, salah satunya kuil Ptah (Herodotus) yang mewah. Kemudian melihat wilayah Mesir yang subur, Narmer membangun kontruksi sebuah tanggul di kota “Ineb Hedy” untuk pengairan wilayah pertanian, dan mengubah aliran sungai Nil hingga bermuara ke danau.
Nama Marmer muncul pada pecahan keramik di wilayah Delta bahkan di Levant. Hal-hal ini menjadi bukti nyata bahwa adanya perdagangan yang aktif di wilayah tersebut. Kekayaan pertanian wilayah Delta, lalu kekayaan mineral Mesir Hulu serta pertemuan berbagai rute perdagangan membantu membangun kerajaan Mesir yang besar.
Meskipun sudah berhasil menaklukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir, ada sebuah fakta menarik dan aneh, yaitu mahkota yang digunakan oleh Narmer bukan-lah mahkota ganda.
Pada Palet Narmer, dari sisi belakang palet menunjukkan Raja Menes mengenakan mahkota putih dan gaun raja-raja Mesir Hulu serta mengangkat tongkatnya untuk memukul seorang tahanan yang berlutut. Namun, di sisi depan, raja, mengenakan mahkota merah dan kostum Mesir Hilir, berjalan keluar untuk melihat tumpukan dan potongan tubuh dari musuh-musuhnya yang terbunuh, didahului oleh jiwa raja-raja Mesir Hilir.
Baca Juga: Selidik Kehidupan Sang Pionir Pembaharu Mesir, Firaun Akhenaten
Penjelasan mengenai mahkota ganda memberikan makna bahwa penyatuan wilayah terjadi bila hanya terdapat satu raja diatas dua kerajaan yang independen. Hal tersebut terus terjasi sampai Aha, penerus Narmer, berhasil mengikat dua mahkota menjadi satu.
Seorang raja pertama yang kuat dan tangguh tentunya berasal dari keturunan yang hebat. Konon, Raja Ka merupakan ayah dari Raja Narmer yang berkuasa di Tinis. Hal ini berasal dari analisis keramik yang berada di makam Raja Ka. Makam Raja Ka terletak dengan makam Narmer di Abydos. Makam Raja Narmer diyakini terletak di Umm el-Qaab, sebuah pemakaman di Abydos. Diperkirakan Narmer dimakamkan pada kompleks B17-18, meskipun terdapat teori lain.
Pendapat lain yang mempercayai bahwa Raja Kalajengking adalah perwakilan terakhir untuk memperjuangkan dan menyatukan pradinasti Mesir. Narmer menjadi pendiri kerajaan Mesir Kuno yang bersatu dan Aha merupakan penerus pertamanya.
Baca Juga: Firaun Mesir Ini Mati secara Brutal di Medan Perang. Siapakah Dia?
Karena jasanya yang begitu besar dalam penyatuan Mesir, nama Narmer ditemukan tertulis dalam hieroglif di beberapa tempat seperti, tongkat kebesaran upacara Narmer di Nekhen (Hierakonpolis), patung babon yang tersimpan di Museum Altes, Berlin dan segel silinder, di Naqada, delta timur Sungai Nil dan di selatan Levant.
Selain itu, sebuah artefak yang merupakan kepala raja Narmer di batu kapur menurut Petrie, disimpan oleh Museum of Egypt Archaeology, London.
Source | : | World History Society of The Past,Historical Eve |
Penulis | : | Bella Jingga Ardilla |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR