Sementara penelitian-penelitian sebelumnya mengandalkan mikroskop biasa untuk melihat lingkaran pada skala coelacanth, tim baru menggunakan mikroskop cahaya terpolarisasi yang "membuat lebih mudah untuk melihat kontras," kata Mahé. "Teknik ini mengungkapkan struktur kalsifikasi pada sisik yang sangat tipis sehingga hampir tidak terlihat."
Dalam studi baru ini, tim peneliti mendokumentasikan pertumbuhan sirkular inkremental terakhir pada setiap individu coelacanth dan membandingkannya dengan bulan setiap ikan ditangkap. Dengan mengamati fluktuasi bulanan pertumbuhan inkremental sepanjang tahun, mereka menemukan bahwa "hanya ada satu puncak pertumbuhan skala sepanjang tahun, yang memvalidasi periodisitas tahunan," kata Mahé.
Selanjutnya, para peneliti melihat sisik pada dua embrio ikan purba itu. Coelacanth adalah ovovivipar, yang berarti keturunan mereka berkembang di dalam telur di dalam induknya dan kemudian menetas sebagai anak muda.
Baca Juga: Fosil Paru-paru Ikan Purba Raksasa Ditemukan, Usianya 66 Juta Tahun
Kedua embrio berusia 5 tahun, tim menemukan. Usia ini sesuai dengan panjang hampir 14 inci atau 35 sentimeter coelacanth yang baru menetas, menunjukkan bahwa ikan tersebut mengandung anak mereka selama setengah dekade, "bertentangan dengan satu hingga dua tahun [kehamilan] yang disarankan oleh penelitian-penelitian sebelumnya, " tulis para peneliti dalam laporan penelitian tersebut.
Temuan ini menjadikan coelacanth salah satu vertebrata dengan masa kehamilan paling lama. Usia kehamilan mereka bahkan lebih lama dari hiu berjumbai laut dalam (Chlamydoselachus anguineus) yang memiliki usia kehamilan tiga tahun, kata para peneliti.
Berdasarkan panjang coelacanth yang diketahui saat kematangan seksual, para peneliti "memperkirakan usia kematangan seksual sekitar 55 tahun," tambah Mahé.
Model pertumbuhan yang mereka buat dan penemuan adanya individu coelacanth yang berusia 84 tahun, menunjukkan bahwa ikan ini dapat mencapai tanda abad, ujarnya lagi.
Baca Juga: Mengejar Ikan Purba di Indonesia Timur
Source | : | Live Science,current biology |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR