Dalam beberapa tahun terakhir, sejak tahun 2012, Pulau Maria telah digunakan untuk melindungi populasi Tasmanian devil dengan membentuk populasi yang terpisah secara geografis bebas dari penyakit tumor wajah setan yang menular dan mematikan.
Pada tahun 2016, populasi awal 28 Tasmanian devil yang ditempatkan di pulau itu pada tahun 2012 dan 2013 telah membengkak menjadi lebih dari 100 hewan.
Tren yang mengkhawatirkan telah dicatat sejak diperkenalkannya Tasmanian devil ke pulau itu pada tahun 2012. Namun menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh BirdLife Tasmania, sebagaimana dilansir Nature World News, populasi penguin kecil di pulau itu sekarang telah sepenuhnya lenyap.
"Setiap kali orang-orang dengan sengaja atau tidak sengaja membawa hewan baru ke pulau-pulau maritim, konsekuensi yang sama selalu terjadi... dampak yang menghancurkan pada satu atau lebih spesies burung," kata Dr. Eric Woehler, penyelenggara BirdLife Tasmania, kepada The Guardian.
Baca Juga: Penguin Galapagos, Penguin Unik yang Hidup di Utara Khatulistiwa
"Kehilangan 3.000 pasang penguin dari taman nasional yang seharusnya menjadi suaka bagi spesies ini merupakan pukulan yang signifikan," kata penulis studi tersebut.
Kejadian semacam ini pernah terjadi saat possum sengaja diperkenalkan ke Selandia Baru pada tahun 1837 dengan harapan membangun perdagangan bulu. Namun, alih-alih memperkaya keanekaragaman hayati negara itu, para possum justru memangsa spesies asli seperti kiwi yang ikonik dan bersaing untuk mendapatkan liang dengan penguin kecil.
Bahaya yang ditimbulkan oleh Tasmanian devil terhadap penguin kecil jauh lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh posum dan kucing domestik, yang juga suka mengganggu burung-burung kecil itu. Tidak hanya penguin yang menderita akibat invasi Tasmanian devil yang dibantu manusia itu, menurut Woehler.
"Kami melihat kisah angsa yang mencoba bersarang di pohon untuk menghindari pemangsaan Tasmanian devil," ujar Woehler. "Jelas bahwa Tasmanian devil itu memiliki dampak ekologis yang merusak pada fauna burung di Pulau Maria."
Source | : | The Guardian,Nature World News |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR