Terkait prediksi akan lonjakan di masa sekarang benar-benar tidak diduga oleh pihak Kementerian Kesehatan, lanjut Nadia. Kebutuhan akan oksigen pada Desember 2020 hingga Januari 2021 ini tidak sebesar sekarang pula.
Berdasarkan data statistika pagebluk di Indonesia, sepanjang Februari hingga Mei, Indonesia mengalami penurunan jumlah kasus. Namun di India, terjadi pelonjakan kasus yang meningkat, dan mengalami krisis kekurangan oksigen. Saat itu, pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan pasokan oksigen pada bulan April dan Mei.
"Siapa yang bisa memprediksi pandemi? Pada April kasus kita rendah 4.000, dan kematiannya di bawah 150. Kalaupun prediksi dilakukan, mungkin tidak setinggi ini," jelas Nadia.
Irma menanggapi apa yang dilakukan pihak Indonesia mengekspor oksigen adalah hal yang baik. Meski demikian, kegiatan pengeksporan itu semestinya disiapkan perencanaan mitigasi yang matang-matang.
Baca Juga: Sejumlah Pakar Buka Suara soal Kondisi 'Panic Buying' Susu Bear Brand
Mengingat, pada April pintu pariwisata dibuka bersamaan dengan kegiatan mudik yang tidak dilarang dengan sungguh-sungguh, sehingga menyebabkan kerumunan. Itulah yang menyebabkan angka penularan terus bertambah, dan berlanjut hingga saat ini.
"Kita juga harus lihat pengalaman-pengalam negara lain yang melibatkan banyak orang. Itu berpotensi untuk membuat ledakan," terangnya. "Plus, apa lagi kalau tidak ada pembatasan untuk warga asing. Itu faktor risiko yang sangat tinggi."
"Apa dia tidak lihat apa yang ada di India? Jawaban yang sangat tidak bertanggung jawab."
Melansir Vox, India mengalami permasalahan oksigen pada bulan Maret hingga Mei. Permasalahannya bermula saat angkanya sempat menyusut pada akhir 2020 dan awal 2021, sehingga fokus pemerintah India berubah menjadi kepentingan politik dan ekonomi, yang sebelumnya menekankan hanya pada aspek kesehatan.
Baca Juga: Faskes Indonesia Kolaps, Sebulan Ini 265 Pasien Isoman COVID-19 Wafat
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR