DAERAH TROPIS, yang kondisinya sangat mendukung perkembangan keanekaragaman hayati hewan amfibi, menjadi saksi penyusutan yang paling parah. Namun, daerah beriklim lebih sejuk juga mengalami hal yang lebih kurang sama. Misalnya saja daerah dataran tinggi Sierra Nevada di California yang dingin. Di sini, di Sixty Lake Basin pada ketinggian 3.400 meter, terdapat nirwana tandus yang menampilkan sejumlah menara granit yang menjadi terkenal melalui lensa kamera juru foto Ansel Adams. Di sini pula sejumlah danau pegunungan pernah hiruk-pikuk di musim panas oleh populasi katak yang ceria. Spesies yang paling lazim didapati di gunung ini adalah katak berkaki kuning (Rana muscosa)—cantik memukau, dengan nuansa kuning di bagian dada dan kaki, bercak cokelat dan hitam. Namun, belakangan ini katak berukuran setelapak tangan ini sudah sulit ditemukan.
Seorang lelaki bertubuh ramping, yang dagunya sudah ditumbuhi cambang dan berpenampilan lembut, berjongkok di tepi danau nomor 100. Danau ini dibatasi dinding batu terjal dan dipagari semak gunung berwarna merah muda serta rumput yang tumbuh semrawut. Vance Vredenburg adalah pakar biologi di San Francisco State University, dan sudah 13 tahun meneliti katak gunung berkaki kuning. Ia tinggal di tenda di lereng gunung selama beberapa minggu setiap masa tinggal sambil memantau 80 danau kajian. Hari ini, dengan kain kelambu kusut melingkari lehernya, dia merenungi sepuluh bangkai katak, berkaki kaku, dengan perut putih yang menjadi lunak terkena cahaya matahari.
Ia berkata sambil mengingat-ngingat, “Beberapa waktu yang lalu, apabila kita berjalan di sepanjang tepi danau ini ada saja katak melompat setiap dua kali kita melangkah. Kita bisa melihat ratusan ekor hidup dan sehat, berjemur di bawah sinar mentari, menggeliat-geliat”. Namun,, pada tahun 2005, ketika pakar biologi itu mendaki hingga ke kemahnya untuk mengantisipasi musim penelitian jangka panjang, “tampak bangkai katak bergelimpangan di mana-mana. Katak yang kuteliti selama bertahun-tahun, yang kuberi tanda dan kuikuti kehidupannya, semuanya mati. Aku hanya bisa terduduk di tanah dan meratapinya.”
Populasi penelitian Vredenburg yang jumlahnya paling banyak di danau nomor 8 hanya menyisakan 35 ekor katak dewasa. Sebagian besar hewan yang dikenalnya di tempat ini sudah tidak ada. Apa yang terjadi di sini adalah contoh sempurna tentang pukulan bertubi-tubi itu—kasus penelitian yang menunjukkan bagaimana spesies yang tumbuh subur dapat mengalami kejadian yang membuatnya nyaris punah.
!break!
Kejadian ini dimulai dengan ikan trout.
Sebelum akhir abad ke-19, di Sierra Nevada pada umumnya tidak dapat ditemukan ikan di daerah di atas air terjun. Namun, kebijakan negara bagian tentang penyediaan ikan pada akhirnya mencapai dataran tinggi Sierra untuk mengubah danau “tandus” itu menjadi surga para penangkap ikan. California Department of Fish and Game mulai mengirim ikan trout ke daerah di atas tebing. Awalnya ikan dikemas dalam tong yang diangkut dengan keledai, dan pada tahun 1950an dalam perut pesawat terbang. (Pesawat akan terbang di atas danau, lalu menjatuhkan kargo hidupnya, dan kebanyakan tidak jatuh ke dalam danau, melainkan menggelepar-gelepar di darat.) Seluruhnya, lebih dari 17.000 danau gunung dipasok dengan ikan.
Ternyata, ikan trout itu memangsa kecebong dan katak muda. Pada saat ikan trout berkembang biak, katak malah punah.
Penelitian Vredenburg di Sixty Lake Basin menjadi upaya untuk memulihkan sejumlah danau ke statusnya sebelum tahun 1990an yang tidak dihuni ikan, untuk memulihkan populasi katak. Dia memasang jaring lebar menutupi danau, menghalau kawanan ikan itu masuk ke dalam jaring, lalu membuang hasil tangkapan itu (sering kali dibakar dengan ditaburi sedikit garam dan merica). Pada akhirnya, Dinas Taman Nasional mengambil alih proyek itu, dan sekarang 14 danau sudah tidak lagi dihuni ikan atau boleh dikatakan begitu. Dengan semakin banyaknya ikan yang terjaring, Vredenburg berkata, “katak mulai berkembang biak; kehidupan danau pun kembali pulih.”
Namun kemudian muncul lagi masalah baru. Chytrid, yang sudah menyerbu Taman Nasional Yosemite, tiba di Sixty Lake Basin dan bergerak cepat dari danau ke danau, sekitar seratus danau, melalui jalur yang dapat diramalkan dan mematikan. Setelah menghilangkan ikan dan memulihkan habitat, “penyakit ini membasmi katak sekali lagi—sungguh hancur hatiku,” ujarnya.
Yang mengherankan, jamur itu menginfeksi kecebong, tetapi tidak menewaskannya, dan inilah sebabnya mengapa masih ada kawanan kecebong yang menggeliat-geliat dalam sejumlah danau yang nyaris tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan. Katak berkaki kuning di pegunungan membutuhkan waktu enam tahun untuk tumbuh menjadi dewasa. “Kecebong yang masih hidup itu sudah bertahun-tahun umurnya—tidak ada lagi kegiatan berkembang biak dalam danau ini sejak serangan chytrid,” begitu Vredenburg menjelaskan. “Segera setelah mereka beralih bentuk menjadi katak, mereka pun mati.”
!break!
Meskipun demikian, Vredenburg tetap gigih dan penuh harap. Dia menyebut danau nomor 8 adalah danau kemenangannya. Ketika menyaksikan katak mulai tewas, dia menangkap beberapa katak dewasa dan merawatnya dengan obat antijamur, lalu mengembalikannya ke danau. Populasi katak itu—meskipun sedikit sekali—sekarang sudah stabil selama tiga tahun berturut-turut. Vredenburg berencana untuk menerapkan metode tangkap-rawat-kembalikan yang memerlukan ketekunan ini pada hewan di danau lain di Sixty Lake Basin. (Yang belum lama ini diumumkan, proyek perawatan serupa oleh tim Inggris ditujukan untuk membasmi penyakit pada kecebong bidan Mallorca dari Spanyol (Alytes muletensis). Jika cukup banyak spora jamur dapat dihilangkan dari tubuh katak, katanya, penyakit itu tidak akan mematikan.
Beberapa tempat lain juga menunjukkan hasil yang baik. Sejumlah hewan amfibi tidak terpengaruh oleh jamur itu, atau dapat bertahan tanpa terganggu. Beberapa ekor katak pohon asal Kosta Rika memiliki pigmen kulit yang memungkinkan mereka bermalas-malasan di bawah sinar matahari tanpa menjadi kering, dan panas matahari berhasil menewaskan si jamur. Yang paling membesarkan hati, Reid Harris dari James Madison University dan beberapa sejawatnya menemukan sistem kekebalan tubuh bawaan pada salamander dan sejumlah katak: bakteri kulit simbiotik yang menghambat infeksi chytrid. (Beberapa protein kulit yang terbentuk secara alami menunjukkan sifat antijamur yang sama.) “Jika kita bisa memacu bakteri baik ini untuk membantu meredam penyebaran jamur, mungkin ada waktu bagi hewan untuk mengembangkan kekebalan tubuhnya sendiri,” kata Harris. “Dan kita tidak usah menambahkan apa pun ke lingkungan. Mungkin kita dapat menghentikan ledakan epidemi chytrid.”
Proyek Bahtera Amfibi yang akan datang mungkin dapat membantu para peneliti menguji kiat ini. Di Panama, chytrid baru belakangan ini melompati terusan dan memulai perjalanannya ke arah timur menuju Provinsi Darién yang masih perawan. Di sini sedikitnya ada 121 spesies amfibi yang sudah dikenal. Salah satu fasilitas penyelamatan sudah beroperasi di situ; AS dan mitranya dari Panama saat ini merencanakan fasilitas lain—antara lain untuk meneliti cara memacu mikroba kulit yang sehat dalam jumlah yang memadai pada populasi liar untuk secara tuntas menghentikan penyebaran jamur. Jika strategi ini berhasil, katak emas, misalnya, mungkin dapat pulih dalam jumlah yang sehat ke hutan belantara Panama. Sementara itu, di Ekuador, yang kaya katak, Coloma dan Ron menyampaikan petisi kepada pemerintah untuk melakukan audit lingkungan pada proyek jalan Limón. Pembangunannya dihentikan saat ini, dan mungkin dilakukan pemulihan habitat. Meskipun mungkin sudah terlambat untuk menyelamatkan hewan sungai yang sudah tewas, perhatian media di sana akan dapat membantu upaya pelestarian lahan di masa mendatang.
MENGAPA PEDULI KATAK? “Aku bisa memberikan seribu satu alasan,” kata Coloma. Sebab kulit katak dapat berfungsi bukan saja sebagai sawar pelindung, melainkan juga sebagai paru dan ginjal, maka katak dapat memberikan peringatan dini tentang pencemar. Mangsanya yang berupa serangga mengandung zat patogen yang berbahaya bagi manusia, sehingga katak adalah sekutu manusia melawan penyakit. Katak berfungsi sebagai makanan untuk ular, burung, bahkan manusia. Perannya penting dalam ekosistem air tawar maupun darat. “Ada beberapa tempat yang biomassa amfibinya pernah lebih tinggi daripada total jumlah semua vertebrata,” kata David Wake. “Mana mungkin kita dapat mengeluarkannya dari ekosistem tanpa menimbulkan perubahan yang berarti? Pasti akan ada konsekuensi ekologis yang belum bisa kita bayangkan seperti apa.”
“Ceritanya jauh lebih besar daripada si katak,” kata Vredenburg. “Ini tentang penyakit yang muncul dan tentang meramalkan, menanggulangi, dan melawan hal-hal yang belum kita pahami sepenuhnya. Ini semua tentang kita. Semua orang seharusnya peduli.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR