Sebagian terowongan di sini dibuat tahun 1859, saat Hugo sedang merampungkan Les Misérables. Saya merandai, sambil berusaha tidak memikirkan aliran hitam di kaki, berusaha agar buku catatan saya tidak terkena apa-apa, apa pun itu. Quignon dan rekannya, Christophe Rollot, menyorotkan lampu senter ke relung-relung dan mencatat letak pipa bocor pada komputer genggam.
Rollot menyeret sepatu botnya di dalam air dan mengangkatnya ke dinding. “Kalau mau memerhatikan, kita bisa menemukan banyak barang,” katanya. Pekerja selokan mengaku pernah menemukan perhiasan, dompet, pistol, dan tubuh manusia. Quignon pernah menemukan berlian. Di bawah Rue Maurice Ripoche, saya merasakan semburan air ke kaki saya. Semburan itu berasal dari salah satu pipa yang menurun. Ada orang yang baru saja membilas toilet ke sepatu bot saya.
!break!
Harta Karun
Di bawah Opéra Garnier, gedung opera lama, ada ruangan yang dianggap warga Paris sebagai desas-desus belaka. Saat fondasi diletakkan pada 1860-an, para insinyur berusaha menguras air dari tanah lembap dan akhirnya menyalurkannya ke waduk sepanjang 55 meter dan sedalam 3,5 meter. Kolam bawah tanah ini, yang disebutkan dalam kisah The Phantom of the Opera, dihuni beberapa ikan gemuk: Karyawan gedung opera memberi mereka makan kerang beku. Suatu sore saya menonton petugas pemadam kebakaran melatih penyelamatan bawah air di sana. Mereka keluar dengan berkilauan seperti anjing laut berbaju selam sambil membahas ikan raksasa.
Tak jauh dari gedung opera, pada tahun 1920-an, sepasukan buruh bekerja siang-malam membuat ruang bawah tanah lain yang unik. Lebih dari 35 meter di bawah Banque de France, dan di balik pintu-pintu yang lebih berat daripada kapsul antariksa Apollo, mereka membangun brankas yang kini menyimpan cadangan emas Prancis, sekitar 2.600 ton.
Suatu hari saya dan fotografer Stephen Alvarez berdiri di dalam brankas itu. Di semua penjuru, aula itu penuh tumpukan emas di dalam kerangkeng baja tinggi. Saya teringat pada katakomba: Seperti setiap kerangka tulang, setiap batang emas memiliki kisah menarik, mungkin beberapa. Sejak dulu emas diincar, dicuri, dilelehkan. Satu batang di sini mungkin mengandung serpih cawan firaun dan emas lantak bangsa penakluk Spanyol.
Petugas bank melempar salah satu batang itu kepada saya. Batang itu berat dan rusak, penyok di sepanjang bagian bawahnya, mirip belahan dagu. Di satu sudutnya ada cap segel U.S. Assay Office of New York dan tahun 1920. “Emas Amerika,” kata si petugas. “Yang paling jelek.”
Dia menunjuk batang lain yang dianggapnya lebih cantik. Batang itu ada yang sisinya agak miring atau atasnya cembung seperti bungkal roti. Setiap batang bernilai sekitar 4,5 miliar rupiah. Dia menjelaskan bahwa Prancis menjual sebagian hartanya sedikit demi sedikit.
Maret lalu, pencuri membuat terowongan ke dalam brankas bank tidak jauh dari sini. Mereka mengikat satpam, membongkar sekitar 200 kotak penyimpanan, dan membuat kebakaran saat pergi. Para petugas meyakinkan saya bahwa di bank sentral ini, brankasnya tidak terhubung ke bagian bawah tanah Paris yang lain. Saya menanyakan apakah ada yang pernah mencoba merampok. Salah seorang dari mereka tertawa.
“Itu mustahil!” katanya. Saya teringat pada Napoleon, yang mendirikan Banque de France pada 1800, dan konon mengutarakan perkataan terkenal: “Tak ada kata mustahil dalam bahasa Prancis.” Kami keluar melalui pintu baja dan naik lift sepuluh lantai, melewati pemindai retina, dan melalui ruang kaca berpintu geser yang mirip pintu kedap udara di kapal antariksa. Setelah akhirnya berada di jalan di luar, saya dan Alvarez masih terkesima oleh demam emas.
“Tas Anda diperiksa?” tanya saya.
“Tidak. Tas Anda?”
Kami berjalan. Tak jauh dari situ saya melihat lubang got. Pasti menuju terowongan. Terowongan itu mungkin paralel dengan jalan, atau mungkin menukik ke brankas. Benak saya mengikuti lorong itu, membayangkan jalurnya dan cabang-cabangnya. Kata para katafil, hal seperti itu normal saat kembali ke permukaan; tak terelakkan, kata mereka. Kebebasan bawah tanah yang sejuk dan tenang, dengan segala kemungkinannya terus terbayang-bayang
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR