Flamingo terlihat seperti burung yang dirancang balita periang—kaki panjang tidak kepalang, pergelangan kaki berbonggol, leher meliuk-liuk, dan paruh kebesaran—lalu diwarnai dengan krayon paling terang. Namun, keanehan fisik tersebut memungkinkan flamingo karibia berkembang biak di danau asin, dataran lumpur, laguna pasang surut, dan rawa bakau. Dengan paruh bengkoknya, hewan ini mengeruk lumpur untuk membuat sarang. Bulu kaku di dalam paruhnya menyaring air yang berisi krustasea, moluska, dan serangga, di samping tumbuhan air.
Dan bulu nan megah itu? Sebenarnya bulu itu awalnya tidak berwarna merah muda. Piyik yang baru menetas berbulu putih, lalu berubah abu-abu--kemudian memperoleh warna merah mudanya dari bakteri yang hidup di air dan beta-karotena yang diperolehnya dari makanan.
Meskipun flamingo kini hanya menjadi dekorasi pasaran yang diabadikan sebagai hiasan plastik murahan di pekarangan, anehnya burung ini tetap misterius. "Walaupun terkenal, kita tidak tahu banyak tentang burung ini," kata Chris Brown, kurator burung di Kebun Binatang Dallas. Para ilmuwan masih tidak mengetahui pasti mengenai perilaku mereka, seperti kecenderungan untuk berdiri dengan satu kaki. (Beberapa berteori bahwa itu ada hubungannya dengan cara tidur burung tersebut.) Dan karena flamingo tinggal di daerah terpencil dan berpindah tempat seiring banjir atau keringnya tempat makannya, peneliti mengalami kesulitan menghitung dan melacaknya—atau meneliti pengaruh kekeringan, badai, dan tinggi air terhadap spesies ini.
Yang kita tahu adalah bahwa flamingo dalam kawanan besar di alam liar suka berkumpul dan sangat setia. Hewan ini melakukan tarian kawin bersama-sama. Induknya menyayangi anaknya, para piyik dikumpulkan agar terlindung. Ketika ada bahaya mendekat, ribuan burung terbang serentak--laksana gerakan balet yang dapat menyelamatkan mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR