Nationalgeographic.co.id—Serial epik Kaos yang saat ini sedang tayang di layanan streaming Netflix telah menarik perhatian para pencinta film. Film Kaos dianggap menarik karena menceritakan ulang mitologi Yunani dalam konsep yang berbeda dan unik.
Ellie Mackin Roberts, peneliti dan pakar Yunani kuno dari University of Bristol menuliskan ulasannya tentang serial Kaos di The Conversation.
Ellie mengawali ulasannya dengan menceritakan bahwa dirinya pada tahun lalu mendapati anaknya diberi tugas untuk menulis ulang dongeng tradisional dengan mengubah alur utama, untuk melihat bagaimana ceritanya bisa berjalan secara berbeda.
Menurutnya, serial Netflix baru Kaos terasa seperti kreatornya, Charlie Covell, diberi instruksi yang sama untuk mitologi Yunani.
Mereka memutuskan untuk melihat apa yang akan terjadi jika Zeus adalah dewa yang hambar, egois, paranoid, dan terlalu suka mengatur.
Sementara sahabat karibnya (dan tahanan lama), Prometheus, diam-diam merencanakan kejatuhannya.
Perpaduan humor dan drama dalam acara ini secara efektif mengeksplorasi konsekuensi dari skenario semacam itu, sekaligus memberikan pandangan baru tentang mitologi Yunani.
"Kaos mungkin adalah kisah ulang paling cerdas yang pernah saya tonton. Dan tidak bermaksud menyombongkan diri, saya telah membaca banyak sekali kisah ulang Hades dan Persephone," tulisnya.
Dalam 30 detik pertama episode pertama, Prometheus (Stephen Dillane), narator Kaos telah meyakinkan penonton bahwa tidak masalah jika mereka belum pernah mendengar tentang mitologi Yunani.
Jika Anda tidak tahu apa-apa tentang mitologi Yunani, ini akan tetap menjadi kisah seru dan menyenangkan tentang dewa dan manusia yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan pengaruh atas kosmos.
Namun, jika Anda tahu sesuatu tentang mitologi Yunani, Anda mungkin ingin menyisihkan waktu untuk dua tontonan terpisah.
Baca Juga: Gaia: Dewi Bumi Mitologi Yunani yang Mendorong Gerakan Ekofeminisme
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR