Nationalgeographic.co.id—Mahasiswa Digital Journalism Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menghadirkan ragam cerita kehidupan melalui pameran foto bertajuk Frame of Story. Pameran ini diselengarakan di selasar Gedung C-D UMN pada 26–28 Mei 2025. Karya yang dipajang merupakan bagian tugas akhir mata kuliah Foto Jurnalistik. Temanya beragam, mulai dari praktik agama Kristen Ortodoks hingga dinamika kehidupan nelayan kerang hijau Muara Angke di pesisir Jakarta.
Salah satu karya yang menyita perhatian datang dari Gabri Perboire Wilhelminho Ringgi Sengga atau yang akrab disapa Pirlo. Mahasiswa Jurnalistik angkatan 2024 ini memotret kehidupan nelayan kerang hijau di Muara Angke. Ia memilih topik tersebut karena melihat keunikan dalam cara hidup dan pekerjaan para nelayan.
“Tempat pelabuhannya itu dipenuhi timbunan cangkang kerang hijau, lalu cara mereka menyelam pun pakai kompresor yang cukup berbahaya,” jelas Pirlo.
Dalam pendekatannya, Pirlo tidak hanya mampir untuk memotret tetapi juga menginap bersama para nelayan. Ia ikut menyelami dinamika kehidupan mereka, mulai dari menyelam hingga mengupas kerang.
“Saya pengen merasakan suasana langsung, supaya bisa lebih memahami situasi dan bisa motret dari sisi yang lebih dekat,” ujarnya.
Salah satu nelayan yang menjadi fokus cerita adalah Pak Rasta, 51 tahun, yang bersama dua rekan lainnya menjadi narasumber utama dalam cerita foto Pirlo. Selama dua hari satu malam, Pirlo merekam kehidupan mereka, yaitu menyelam, membawa hasil tangkapan, hingga mempersiapkan kerang untuk dijual.
Namun, proses tidak selalu mulus. Sebelumnya, ia sempat ditolak oleh nelayan lain yang menganggap pekerjaan jurnalis tidak menjanjikan. “Dia bilang hidup jurnalis itu nggak jelas, mending jadi pengusaha. Tapi justru dari situ saya belajar pentingnya pendekatan yang tulus,” cerita Pirlo.
Pirlo mengaku bahwa ilmu yang didapat dari perkuliahan sangat berguna sebagai fondasi, tetapi pengalaman lapanganlah yang memperkuat insting dan kepekaan jurnalistik. “Selalu inget pesan dosen: Always get the name of the dog. Artinya, jangan lupakan detail, sekecil apa pun,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa beberapa momen seperti proses penimbangan dan transaksi kerang belum sempat ia dokumentasikan. Meski belum merasa seratus persen puas dengan hasilnya, Pirlo tetap ingin melanjutkan ceritanya. Ia bahkan berencana kembali saat Festival Laut di Oktober nanti, setelah mendapat akses langsung dari para nelayan.
Baca Juga: Fotografer Indonesia Mas Agung Wilis Yudha Baskoro Raih Penghargaan World Press Photo Award 2025
Penulis | : | Donny Fernando |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR