Nationalgeographic.co.id—Fotografer Indonesia, Mas Agung Wilis Yudha Baskoro meraih pengakuan internasional dengan dianugerahinya penghargaan bergengsi World Press Photo Award 2025.
Foto yang secara mendalam menyoroti dampak kemanusiaan dari perkembangan industri nikel yang pesat di Indonesia, yang terbit di China-Global South Project (CGSP), tersebut secara blak-blakan merekam kenyataan pahit yang dialami oleh para pekerja tambang nikel.
Dalam bidikan tersebut, terlihat sekelompok pekerja tambang berdesakan di bak sebuah truk yang berada di dekat sebuah smelter nikel yang terletak di Weda Tengah, Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara.
Suasana digambarkan dengan hujan yang membasahi tanah, sementara di kejauhan, kepulan asap tebal membubung ke angkasa. Di tengah lanskap industri yang luas tersebut, tampak pula para buruh lainnya berjalan dengan mengenakan jas hujan plastik seadanya.
Gambar yang memenangkan penghargaan ini secara efektif menyoroti perubahan dramatis yang sedang berlangsung di wilayah Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara, yang kini menjadi pusat dari pesatnya pertumbuhan industri nikel di Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap logam nikel, yang terutama didorong oleh sektor teknologi dan industri kendaraan listrik, operasi penambangan dan pengolahan nikel skala besar dengan cepat mengubah wilayah-wilayah yang dulunya merupakan daerah terpencil.
Dengan penuh kerendahan hati, Mas Agung Wilis Yudha Baskoro menyampaikan penerimaannya terhadap penghargaan ini, menyatakan bahwa baginya, penghargaan ini bukanlah sebuah perayaan semata, melainkan sebuah seruan mendesak untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap isu yang diangkat.
"Saya menerima penghargaan ini dengan rendah hati—bukan sebagai perayaan, melainkan sebagai seruan untuk memberikan perhatian," ujarnya, seperti dilansir laman China-Global South Project.
Sebagai seorang saksi mata langsung dari transformasi yang sedang terjadi, Mas Agung Wilis Yudha Baskoro melalui karya fotonya tidak hanya sekadar mendokumentasikan, tetapi juga secara kuat menyerukan perhatian terhadap dampak yang ditimbulkan.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar koridor industri nikel Indonesia yang berkembang pesat, dampak dari industri ini dirasakan secara bertahap, dimulai dari perubahan pada lahan, kemudian kualitas udara, dan pada akhirnya, kesehatan tubuh mereka.
Yudha menjelaskan bahwa dampaknya seringkali dimulai dengan gejala seperti bersin yang tajam, mengi yang menusuk, batuk yang tidak kunjung reda, atau kesulitan bernapas lega, yang seringkali disertai dengan rasa perih pada mata akibat iritasi.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Apa yang Terjadi pada Anak dalam Foto Kevin Carter?
KOMENTAR