Nationalgeographic.co.id—Cahaya yang terus-menerus dari lampu jalan mengubah tekstur daun pohon, sehingga kurang menarik bagi serangga. Hal ini diungkap lewat penelitian baru dari Tiongkok.
Polusi cahaya telah meningkat sekitar 10 persen setiap tahun selama dekade terakhir. Peningkatan tersebut menjadikannya salah satu perubahan paling drastis yang telah dilakukan manusia terhadap lingkungan dan serangga di seluruh dunia.
Lampu buatan yang menyala sepanjang malam, seperti lampu jalan, dapat membuat daun tumbuh lebih keras. Akibatnya, daun tersebut menjadi kurang menarik bagi serangga. Hal ini diungkap lewat penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Plant Science. Perubahan pada fotosintesis ini dapat mengancam rantai makanan kecil yang ada di dalam kota.
Mencermati lebih dekat daun yang terang
Cahaya buatan di malam hari memengaruhi satwa liar di seluruh dunia. Penelitian yang menunjukkan bahwa cahaya tersebut mendistorsi ritme sirkadian hewan. Selain itu, cahaya buatan juga mengganggu reproduksi amfibi dan membuat bingung penyu laut yang mencari bulan. “Jalur migrasi burung pun ikut berubah karena polusi cahaya,” tulis Olivia Ferrari di laman National Geographic.
Serangga berperilaku berbeda saat ada cahaya di malam hari. Cahaya buatan menghalangi komunikasi dan reproduksi kunang-kunang. Dan beberapa serangga mungkin menjadi lebih terlihat oleh predator seperti kelelawar. Sebagian serangga juga tertarik pada cahaya yang dapat membunuh mereka.
Para peneliti di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mempelajari bagaimana cahaya dapat memengaruhi hubungan antara serangga dan tanaman. Mereka memperhatikan daun pohon di kota-kota biasanya menunjukkan lebih sedikit tanda-tanda kerusakan akibat serangga. Mereka membandingkannya dengan pohon-pohon di luar kota. Para peneliti pun menganalisis sampel daun dari pohon-pohon di seluruh Beijing.
Dengan berfokus pada dua pohon jalan umum—pagoda Jepang dan green ash—di 30 lokasi. Pohon-pohon tersebut terletak di antara jalan-jalan utama yang diterangi pada malam hari. Peneliti mengukur terangnya cahaya dan mengumpulkan daun. Mereka mengevaluasi hampir 5.500 daun untuk mengetahui ukuran, ketangguhan, tingkat nutrisi dan bahan kimia. Mereka menganalisisnya untuk mengetahui tanda-tanda serangga.
Memeriksa komposisi dan karakteristik daun dapat memberi tahu para ilmuwan banyak hal tentang bagaimana tanaman menggunakan sumber daya. Tanaman tumbuh secara berbeda tergantung pada faktor-faktor di lingkungannya.
“Tumbuhan mendistribusikan sumber daya mereka yang terbatas (seperti nutrisi, air, dan energi) di antara berbagai fungsi seperti pertumbuhan, reproduksi, dan pertahanan,” kata Ellen Cieraad, ahli ekologi tumbuhan di Institut Teknologi Nelson Marlborough di Selandia Baru.
Tergantung pada lingkungannya, masuk akal untuk berinvestasi dalam berbagai jenis fungsi. Jika terdapat banyak herbivora di sekitar, misalnya, tumbuhan mungkin memprioritaskan pertahanan diri agar tidak dimakan. Caranya adalah dengan duri, bahan kimia yang tidak menggugah selera, atau daun yang lebih keras.
Baca Juga: Sisir Pesisir: Polusi Cahaya Mengancam Ekosistem Pesisir dan Laut
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR