Setelah berhasil merakit peralatan yang diperlukan, Brunelleschi sepenuhnya mengalihkan perhatian pada kubah, yang dibentuknya dengan serangkaian inovasi teknik memukau. Desain cangkang gandanya menghasilkan struktur yang jauh lebih ringan dan tinggi daripada kubah padat biasa dengan ukuran yang sama.
Selama bertahun-tahun masa pembangunan Brunelleschi menghabiskan semakin banyak waktu di lokasi. Dia mengawasi produksi batu bata dengan berbagai dimensi dan memastikan kelancaran suplai batu dan marmer pilihan dari bengkel. Dia memimpin pasukan tukang batu dan pemahat, tukang kayu, pandai besi, dan para pekerja lainnya. Ketika mereka dibuat bingung oleh detail konstruksi yang rumit, seorang penulis biografi memberi tahu kami, Brunelleschi akan membuat model dari lilin atau lempung untuk mengilustrasikan keinginannya. Dia sangat memperhatikan para pekerjanya, demi keamanan mereka dan kepastian agar kubah dikerjakan secepat mungkin. Dia memerintahkan pencampuran anggur dengan air agar para pekerjanya tetap sigap saat bekerja di ketinggian (tindakan ini kemudian dihentikan secara paksa oleh para pekerja yang kesal), dan menambahkan pembatas di pijakan untuk mencegah mereka jatuh— atau menatap ke bawah dari ketinggian kubah yang memusingkan. Dia juga harus menghadapi persekongkolan tingkat tinggi yang dipimpin Lorenzo Ghiberti.
Penulis biografi Brunelleschi menuturkan sebuah kisah menggelikan tentang bagaimana dia akhirnya berhasil mengelabui Ghiberti. Pada musim panas 1423, tepat sebelum cincin pengikat kayu dipasang untuk mengikat kubah, Brunelleschi mendadak meringkuk di ranjangnya, mengeluhkan sakit yang menusuk di sisi perutnya. Saat para tukang kayu dan tukang batu yang kebingungan menanyakan cara memosisikan balok-balok kayu sarangan raksasa yang menyusun cincin tersebut, dia segera mendelegasikan tugas itu kepada rivalnya.
!break!
Ghiberti baru memasang beberapa balok ketika Brunelleschi, yang sekonyong-konyong sembuh, kembali ke lokasi dan menyebut pekerjaan Ghiberti asal-asalan sehingga harus dibongkar dan diganti. Brunelleschi sendiri yang mengarahkan perbaikan sembari terus mengeluh kepada para pengawas tentang wakilnya yang memperoleh gaji buta. Walaupun cerita ini mungkin dilandasi pengidolaan si penulis, arsip tahun terakhir pembangunan kubah menyebutkan Brunelleschi sebagai satu-satunya "perancang dan kepala pembangunan cupola," dan upahnya pun dinaikkan menjadi seratus florin per tahun, sementara Ghiberti tetap mendapatkan 36 florin.
Ghiberti tidak tinggal diam. Sekitar tahun 1426, asistennya, arsitek bernama Giovanni da Prato, menyampaikan kepada para pengawas sehelai perkamen besar, yang hingga kini masih tersimpan di National Archives of Florence, berisi kritik mendetailnya terhadap pekerjaan Brunelleschi, lengkap dengan ilustrasi. Dia mengklaim Brunelleschi, akibat "kenaifan dan kelancangan" telah menyimpang dari rancangan asli cupola, yang menyebabkan "kerusakan dan risiko keruntuhan."
Giovanni juga menulis serangan pribadi terhadap Brunelleschi dalam bentuk soneta. Puisi itu menyebut Brunelleschi sebagai "sumur kebodohan nan gelap dan dalam" dan "hewan tolol mengenaskan" yang rencananya dipastikan gagal. Apabila rencananya berhasil, Giovanni dengan agak gegabah berjanji, dia bersedia bunuh diri. Brunelleschi membalasnya dengan soneta yang sama berdurinya. Brunelleschi memperingatkan Giovanni untuk memusnahkan puisinya, "agar tidak terdengar konyol ketika pesta mulai digelar, merayakan hal yang saat ini dia anggap mustahil."
Beberapa tahun kemudian, setelah bekerja keras dan menghadapi keraguan, Brunelleschi dan para pekerjanya akhirnya bisa melakukan tarian kemenangan. Pada 1429, retakan terlihat di ujung timur bagian tengah katedral di samping kubah, memaksa Brunelleschi mengikat dinding dengan lempeng-lempeng besi. Pada 1434, mungkin atas pengaduan Ghiberti, Brunelleschi dipenjara karena lalai membayar pungutan. Namun dia dibebaskan beberapa saat kemudian, dan pembangunan cupola dilanjutkan dengan kecepatan rata-rata sekitar 30 sentimeter per bulan.
Pada 25 Maret 1436, bersamaan dengan Hari Raya Kabar Sukacita, Paus Eugenius IV dan sejumlah kardinal dan uskup meresmikan katedral yang telah selesai dibangun, disambut dentang lonceng dan sorak-sorai bangga rakyat Firenze. Sepuluh tahun kemudian, sekelompok tokoh penting lainnya meletakkan batu pertama lentera, struktur marmer dekoratif karya Brunelleschi untuk memahkotai mahakaryanya.
Tidak lama kemudian, pada 15 April 1446, Brunelleschi wafat akibat sakit mendadak. Pada hari pemakamannya, dia berbaring dalam balutan linen putih di atas meja jenazah yang dikelilingi lilin. Dia mendongak tanpa bisa menatap kubah yang dibangunnya bata demi bata. Sementara itu, asap lilin dan kesyahduan nyanyian pemakaman berpusar, kemudian menghilang perlahan.
Dia dimakamkan di kuburan bawah tanah katedral; sebuah plakat bertulisan "kecerdasan surgawi" terpampang di dekat pusaranya. Ini adalah kehormatan besar. Sebelum masa Brunelleschi, hanya segelintir orang, di antaranya seorang santo (orang suci), yang boleh dikubur di bawah katedral, dan arsitek pada umumnya dianggap sebagai perajin biasa. Dengan kegeniusan, kepemimpinan, dan tekad besarnya, Filippo Brunelleschi mengangkat harkat seniman sejati ke ranah mulia, layak memperoleh sanjungan abadi bersama para santo, sebuah gambaran yang akan mendominasi Renaisans.
Faktanya, Brunelleschi membuka jalan bagi revolusi kebudayaan dan sosial Renaisans melalui sintesis kompleks inspirasi dan analisisnya, dan pengejawantahannya atas pengetahuan klasik pada kebutuhan dan aspirasi masa kini.
Begitu selesai dibangun, Santa Maria del Fiore didandani oleh seniman-seniman semacam Donatello, Paolo Uccello, dan Luca Della Robbia, menjadikannya tempat kelahiran dan pembuktian era Renaisans. Kubah Brunelleschi masih tegak berdiri di antara lautan atap bergenting terakota di Firenze, sama-sama berwarna terakota namun berproporsi harmonis, bagaikan dewi Yunani bergaun sederhana. Menjulang laksana gunung namun terlihat melayang, seolah-olah bubung marmer putih yang tersambung dengan puncak kubah adalah tali untuk menambatkan balon zeppelin ke bumi. Dengan caranya, Brunelleschi mengabadikan kemerdekaan batu, dan selamanya menghiasi Kota Firenze dengan perwujudan semangat manusia untuk menyentuh langit.
—
Tom Mueller adalah penulis buku baru berjudul Extra Virginity: The Sublime and Scandalous World of Olive Oil. Dave Yoder adalah fotografer National Geographic yang berbasis di Milan.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR