Nationalgeographic.co.id—Mangkuk ayam jago, dengan desain khas yang menggambarkan ayam jantan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner di Indonesia.
Warisan dari Dinasti Ming, mangkuk ini bukan sekadar wadah untuk makanan, melainkan juga simbol keberuntungan dan tradisi yang mengalir dari masa lalu.
Generasi muda kreatif mengambil inspirasi dari mangkuk ayam jago, menciptakan aksesori modern dengan desain yang sama.
Bagi banyak orang, mangkuk ini juga mengingatkan pada masa lalu yang hangat, saat menikmati mi ayam atau soto di warung bersama keluarga.
Artikel ini mengajak kita menjelajahi jejak sejarah dan pesona mangkuk ayam jago yang melegenda di Indonesia.
Kenangan Masa Lalu
Para pecinta kuliner berkuah, seperti mie ayam dan bakso, tentu akrab dengan mangkuk yang dihiasi gambar ayam jago. Bagi generasi yang tumbuh di dekade 70-an dan 80-an, mangkuk ini bukan hanya wadah makan, tetapi juga simbol kenangan akan masa lalu, saat menikmati bakso di warung kesayangan.
Di era modern, motif ayam jago pada mangkuk klasik ini telah menginspirasi generasi muda yang kreatif untuk menciptakan berbagai macam aksesori, mulai dari tas hingga sarung bantal. Kegemaran ini juga terlihat dari antusiasme mereka yang bangga memamerkan aksesori bergambar ayam jago melalui swafoto.
Beberapa produsen peralatan makan pun ikut meramaikan dengan memproduksi mangkuk dan piring yang mengadopsi gambar ayam jago tersebut. Namun, PT Lucky Indah Keramik, sebagai produsen asli mangkuk ayam jago, telah mengingatkan agar desain ikonik ini tidak digunakan sembarangan karena terkait dengan hak cipta.
Simbol Cinta dan Rezeki dari Dinasti Ming
Mangkuk ayam jago, yang dikenal luas di Tiongkok, bukan hanya populer sebagai alat makan sehari-hari tetapi juga sering muncul sebagai properti dalam film-film Hong Kong era 90-an karya Stephen Chow. Selain itu, mangkuk ini juga merupakan elemen penting dalam ‘seserahan’ atau hadiah pernikahan di Tiongkok.
Baca Juga: Pewarisnya Selalu Mati, Kaisar Dinasti Ming Ini Jadi Korban Selirnya Sendiri?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR