“Pada eksperimen pertama, kami menemukan bahwa cahaya biru lebih sering menyala pada latar belakang berwarna merah. Dan kilau merah akan menyala jika latar belakangnya berwarna biru, terutama ketika copepod (kelompok krustasea kecil seperti plankton) muncul.
Eksperimen kedua berusaha menentukan apakah ikan yang belum makan juga bisa mengeluarkan cahaya, tapi ternyata itu tidak terjadi.
Meskipun begitu, semakin jelas bahwa rona latar belakang menjadi faktor utama warna mana yang akan digunakan triplefin. Ini menguatkan teori yang menyatakan bahwa ikan ini memiliki kendali penuh atas “senter” di matanya.
Baca Juga: Ikan Mas yang Dibuang ke Danau Tumbuh Raksasa dan Jadi Malapetaka
Selain triplefin, masih banyak spesies laut dalam yang memanfaatkan cahaya dengan menarik. Beberapa ada yang bisa melakukan bioluminescence (menghasilkan cahaya sendiri) untuk memancing mangsa atau menunjukkan jalan saat berburu. Triplefin diklaim sebagai satu-satunya spesies yang dapat mengubah warna pantulan cahaya sesuka hatinya. Itulah yang membuatnya menjadi makhluk spesial.
Sementara itu F.N. Solomon dan timnya merilis penelitian mereka tentang triplefin yang bertajuk “Larval development and allometric growth of the black-faced blenny Tripterygion delaisi” di Journal of Fish Biology. Mereka mengamati perkembangan larva dan pola pertumbuhan Tripterygion delaisi blenny berwajah hitam dari seri larva yang ditangkap oleh perangkap cahaya di Taman Laut Arrábida, Portugal.
Baca Juga: Spesies Ikan Berjalan yang Singkap Misteri Evolusi Vertebrata Darat
Ikan bentik kecil dari keluarga Tripterygiidae ini memiliki habitat di kedalaman laut 3 hingga 40 meter. Panjangnya sampai delapan sentimeter, semakin dalam habitatnya biasanya semakin besar ukuran tubuhnya. Satwa ini merupakan spesies demersal, menghuni perairan pantai dangkal dengan substrat berbatu. Kadang ditemukan di bawah bebatuan yang menjorok, pintu masuk gua dan biotop lainnya dengan cahaya yang berkurang.
Ikan ini tersebar luas, sehingga terdaftar dalam IUCN sebagai "Least Concern". Sebaran habitatnya berada di Atlantik timur dan Laut Mediterania, tercatat dari Inggris selatan dan Selat Inggris ke selatan dan di sepanjang pantai Afrika barat, termasuk Madeira dan Kepulauan Canary, dan selatan ke Senegal. Karena tidak ada kepentingan komersial dan tidak ditangkap oleh teknik penangkapan ikan apa pun, sejauh ini tidak ada ancaman besar untuk spesies ini.
Baca Juga: Studi Terbaru: Ikan Purba Coelacanth Bisa Hidup Hingga 100 Tahun
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR