Abrasi pantai akibat kerusakan ekosistem di kawasan pesisir pantai utara Indramayu cukup parah dan merata. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Indramayu Aep Surahman mengungkap, bila kondisi tidak segera ditangani, sejumlah infrastruktur, termasuk jalur lintasan utama pantura Jawa bakal terancam.
Sepanjang 114 kilometer daerah tersebut mengalami kerusakan kritis. Pesisir pantai telah tergerus sejauh 45 km dari garis pantai. Pihak Pemkab Indramayu dan Pemprov Jabar telah terus berupaya dengan melakukan penanaman bakau serta membangun pemecah gelombang di sejumlah wilayah. Namun bangunan pemecah gelombang ini pun belum optimal untuk mengurangi abrasi. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu Abdur Rosyid Hakim menegaskan bahwa pembangunan pemecah gelombang di lokasi yang kritis menjadi prioritas pada tahun ini.
Aep menyebutkan bahwa solusi terbaik adalah penanaman vegetasi mangrove, seperti bakau. "Persoalannya banyak warga belum sadar akan manfaat vegetasi itu untuk penahan abrasi," ujarnya. Ia merujuk pada contoh, area hutan mangrove seluas 3 hektar di Desa Cemara Wetan, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, sekarang habis ditebangi. Hutan itu mestinya dikelola oleh Perum Perhutani. Juga rawa-rawa air payau di beberapa lokasi sudah gundul.
Selain mengalami abrasi, puluhan hektar hutan bakau di kawasan pantai Indramayu tersebut kini sebagian besar beralih fungsi menjadi tambak-tambak udang dan bandeng. Bahkan masyarakat pengelola tambak merasa dirugikan dengan keberadaan mangrove di sekitar tambak, yang dianggap menggangu luasan tambak mereka itu.
Aktivis Koalisi Masyarakat Pesisir Indramayu Iing Rohimin mengatakan, hutan pantai yang selama ini menjadi jalur hijau, sebagian hanya tinggal onggokan tonggak pohon bakau di tengah area tambak.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR