Meski ombak laut daerah Pantai Selatan, khususnya Parangtritis, Yogyakarta, hingga akhir bulan ini tampak tenang, wisatawan diharapkan tetap waspada karena kondisi tetap membahayakan lantaran tarikan ombak ke
selatan makin kuat.
"Wisatawan yang mandi di laut yang lebih tenang ini lebih mudah terseret ke tengah. Ombak yang besar justru bisa mengembalikan korban ke bibir pantai," jelas Ali Sutanto Joko, Ketua SAR Parangtritis yang menegaskan bahwa ombak yang tenang tidak berarti air aman untuk dipakai berenang.
Ali menjelaskan bahwa di daerah tenang Laut Selatan terbentuk pusaran atau palung yang kedalamannya mencapai 4 meter. Lokasi pusaran yang selalu berpindah-pindah tersebut membuat upaya penyelamatan semakin sulit. "Apalagi jika terjadi di tengah," kata Ali.
Wisatawan ke daerah Pantai Selatan diperkirakan akan meningkat menjelang Lebaran. Tim SAR akan melakukan penjagaan ketat pada daerah ombak tenang atau daerah rawan palung.
Puluhan rambu- rambu peringatan bahaya berenang di Pantai Parangtritis sudah disiapkan meskipun sebagian rambu-rambu sudah dalam kondisi tak layak sebagian sudah rusak terkena air laut.
Agar lebih optimal, tim SAR mengaku telah melayangkan usulan pada pemerintah setempat untuk memberikan selebaran pada pengunjung tentang bahaya mandi di laut. Namun, hingga Kamis kemarin (19/8), selebaran belum dibagikan. Kepala Disbudpar Pemkab Bantul Suyoto menyatakan bantuan rambu- rambu diprogramkan secara bertahap dan diberikan sesuai ketersediaan dana.
Mashilin (22 tahun), seorang wisatawan asal Ungaran, Jawa Tengah, mengaku tidak tahu titik-titik bahaya di Pantai Selatan. Menurutnya,informasi perlu diberikan karena wisatawan cenderung tidak memperhatikan ketika asyik mandi di laut.
Data tim SAR menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan laut pada 2011 terdiri dari 15 orang selamat, sementara 3 orang meninggal. Sementara itu pada tahun 2010, sejumlah 70 orang berhasil diselamatkan, 9 meninggal, dan 3 orang menghilang.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Antara Kelapa Sawit dan Hutan: Intensifikasi dan Upaya Kembali ke Multikultur
KOMENTAR