Mainan tradisional, khususnya dari Jawa Barat, hanya 60 persen yang dimainkan di zaman sekarang ini. Sedikitnya permainan disebabkan oleh beberapa faktor, bahan yang semakin sulit dicari dan juga narasumber permainan tersebut.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif pada jumpa pers kegiatan Thanks to Nature yang diadakan oleh Teh Kotak, pada hari Rabu (12/10) di Bumi Sangkuriang, Bandung.
Mainan tradisional semakin tertinggal dibandingkan dengan mainan-mainan modern yang mulai menjamur. "Mainan tradisional sekarang tidak diajarkan, selain itu orang tua pun menganggap mainan tradisional itu kotor, jijik, dan sebagainya," jelas Zaini. Tidak adanya tempat untuk bermain pun menjadi alasan berkurangnya minat anak-anak untuk menyentuh mainan tradisional.
Komunitas Hong yang meneliti serta memberikan media kepada anak-anak agar bisa bermain mainan tradisional, membuat mainan tradisional Jawa Barat mulai diminati kembali. Zaini menambahkan, "jika ada penyedia tempat, ada ruang untuk mereka bermain, mereka akan santai." Zaini menyebutkan bahwa mainan tradisional tidak harus dikolaborasikan dengan mainan elektronik agar bisa terlihat modern, nilai-nilai dalam permainan lah yang menjadi tujuan pengadaan mainan tradisional.
"Sedikit demi sedikit, mainan tradisional sekarang mulai diminati kembali, terbukti dari jumlah pengunjung Komunitas Hong yang semakin hari semakin bertambah. Bukan hanya anak-anak, keluarga dan lembaga pendidikan pun mulai menanamkan lagi nilai-nilai itu kepada anak-anak," paparnya yang ditemui seusai jumpa pers.
Sampai sekarang, Zaini dan Komunitas Hong-nya sudah meneliti ratusan mainan di Indonesia, bahkan beberapa mainan di negara lain. Berikutnya, Zaini akan meneliti tentang mainan tradisional yang ada di Bali.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR