Pernikahan kerajaan Keraton Yogyakarta dimulai dengan serangkaian prosesi antara lain nyantri dan pingitan, bagi kedua calon mempelai, GKR Bendara dan KPH Yudanegara, hari Minggu (16/10) ini.
Prosesi nyantri dilakukan oleh calon pengantin pria di Dalem Kasatriyan, sedangkan prosesi pingitan dilakukan oleh calon pengantin wanita di kompleks Sekarkedathon. Nyantri lazimnya berlangsung 40 hari sebelum hari pernikahan. Tradisi ini merupakan simbol bahwa pengantin pria sudah berada di lingkungan pengantin wanita, dan akan diperkenalkan pada budaya keraton.
Prosesi tersebut diawali dengan penjemputan KPH Yudanegara dari Dalem Mangkubumen oleh utusan Keraton, KRT Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat. Ada tiga kereta yang menjemput calon pengantin pria yaitu Kyai Kutho Kaharjo, Kyai Puspoko Manik, dan Kyai Kus Gading.
Pengantin pria yang akrab disapa Mas Ubai menaiki kereta Kyai Puspoko Manik. Kereta diarak menuju Dalem Kasatriyan dan disambut oleh adik-adik Sultan HB X. Di Ndalem Kasatriyan tersebut, Ubai akan beristirahat untuk menjalani prosesi berikutnya.
Sementara di tempat yang berbeda, Jeng Reni, sang pengantin wanita menjalani prosesi plangkahan dan ngabekten sebelum menjalani prosesi pingitan. Disebut plangkahan karena Jeng Reni sebagai putri bungsu mendahului kakaknya, GRAj Nur Abra Juwita, untuk menikah. Karenanya, simbol dari plangkahan sendiri adalah permohonan izin Jeng Reni untuk menikah terlebih dahulu.
GRAj Nur Abra Juwita menjelaskan, dalam prosesi plangkahan ini dirinya meminta seperangkat kebutuhan wanita seperti pakaian, perhiasan, tas, dan dompet. Ia mengaku, barang-barang ini dipilihnya bersama adiknya di Jakarta.
"Sebenarnya agak berat adik saya menikah terlebih dahulu. Tetapi jodoh di tangan Tuhan. Semoga kedua pengantin berbahagia," tuturnya seusai prosesi itu. Selain berisi seperangkat kebutuhan wanita, adiknya memberikan juga satu tangkup pisang tanggan. Pisang tanggan ini menjadi simbol tebusan, yang bermakna agar kakak memberi restu.
Kemudian Jeng Reni pun melakukan prosesi ngabekten pada kedua orangtuanya untuk memohon doa restu dalam memulai proses pernikahannya. Prosesi plangkahan dan ngabekten pun berakhir pada perarakan calon pengantin wanita ke kamar pribadinya, kompleks Sekarkedhaton. Di sana Jeng Reni akan menjalani proses pingitan atau sengker, atau proses tidak diperbolehkan keluar kamar serta bertemu pengantin pria. Di dalam kamar hanya beristirahat dan tidak lagi menjalani proses perawatan.
Setelah menjalani prosesi nyantri dan pingitan, dua calon pengantin ini pun akan menjalani siraman, pada Senin (17/10), di tempat berbeda.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR