Abrasi parah terjadi di garis Pantai Kuwaru Poncosari,
Srandakan, Bantul, yang panjangnya sekitar dua kilometer, sejak akhir
pekan kemarin hingga Selasa (18/10) dini hari. Abrasi tersebut mampu
merusak hutan cemara yang kini menjadi titik aman wisatawan, yang dulu
jaraknya kurang lebih lima meter dari bibir pantai.
Bahkan berdasarkan pernyataan Ketua Kelompok Sadar Wisata,
Punijo, tingginya gelombang air laut itu sudah masuk warung penduduk
hingga setinggi tumit dan hampir merusak pos SAR yang juga berdekatan
dengan warung.
"Abrasi pada hari Selasa kemarin paling besar dan ini yang pertama kali kami alami," katanya.
Ia mencatat, selama 11 tahun ini kurang lebih 75 meter lahan pantai
dimakan ombak laut.
Abrasi di Pantai Kuwaru sudah terjadi sejak awal Agustus lalu. Waktu
itu abrasi mengakibatkan mercusuar di sebelah barat pintu masuk pantai ambruk. Pos pemantauan SAR dan tempat penangkaran
penyu di sisi timur jalan masuk pantai juga hilang ditelan ombak.
"Perlu ada penanganan serius pada abrasi ini. Kalau tidak, kehidupan perekonomian pesisir selatan juga ikut tergerus," ungkapnya.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daearah (BPBD) Dwi Daryanto sejak lima tahun terakhir ini, daratan Pantai Kuwaru yang
tergerus hingga 50 meter. "Ada berbagai macam faktor, termasuk di antaranya
pemanasan global," paparnya.
Faktor pemanasan global juga ditegaskan oleh Kepala Bidang Data
Penelitian dan Pengembangan Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Tlaus
Sakti Santosa. Tak hanya itu, pasokan pasir paska erupsi Merapi tidak
banyak mengalir ke Selatan. Akibatnya, pembentukan daratan di pantai
selatan kurang terdukung.
Diakui Tlaus, Bapeda telah menyampaikan permintaan warga untuk membangun
breakwater atau pemecah air ke pusat, tapi belum ada tanggapan.
Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Susanto belum dapat memastikan langkah apa yang bakal dilakukan. Kalaupun akan melakukan penanaman cemara, sulit dilaksanakan sebab kondisi Kuwaru yang curam. "Untuk melakukan penelitian, pengkajian, kami perlu bantuan dari pusat," kata Susanto.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR