Kanada menyatakan akan segera keluar secara resmi dari Protokol Kyoto sebelum akhir tahun. Berita ini diterima dalam perundingan perubahan iklim (COP) ke-17 yang sedang berlangsung di Durban, Afrika Selatan sejak 28 November lalu.
Ironis, karena pertemuan COP ke-17 ini seharusnya merupakan kunci kelanjutan Protokol Kyoto, dan dapat menghasilkan resolusi yang proporsional untuk upaya penyelamatan bumi.
Sejumlah seruan protes sudah mulai membahana di seluruh dunia--Paris, Berlin, Oslo, Stockholm, London, terhadap sikap Kanada itu. Di Kanada sendiri, para aktivis Greenpeace sejak kemarin, Selasa (29/11), unjuk aksi membuat tulisan besar-besar "Climate Fail" dengan lampu darurat LED yang pesannya ditujukan pada Parlemen.
Padahal delegasi-delegasi negara berkembang dalam konferensi itu meminta ketegasan dari negara maju untuk ikut mengurangi emisi gas karbon di dunia. "Uni Eropa dan negara-negara ambang industri dan berkembang seperti Cina, Brazil, dan Afrika Selatan ingin memperpanjang masa berlaku Protokol Kyoto," tulis laporan Climate Action Network (CAN) Internasional dari Durban. "Rencana Kanada ini benar-benar tamparan bagi mereka serta seluruh komunitas internasional."
Pada saat ini ini peningkatan jumlah gas karbon di dunia sudah melonjak di angka 40 persen dibandingkan tahun 1990.
Pada upacara pembukaan, sekretaris eksekutif UNFCCC, Christina Figueres sempat menekankan bahwa ada beberapa hal penting yang harus diputuskan di Durban, yaitu diresmikannya Komite Adaptasi, mengoperasionalisasikan Komite Eksekutif Teknologi pada 2012, menyepakati Green Climate Fund, dan memberikan kejelasan pada komitmen pembiayaan cepat.
Baca juga: Aroma Pesimistis dari Durban
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR