Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Tri Wibowo Yuwono mengatakan bahwa tanaman pisang layak ditanam sebagai upaya revegetasi di kawasan Merapi. Selain menghambat laju erupsi, tanaman ini juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
"Tanaman pisang cocok ditanam di kawasan Merapi karena tahan terhadap suhu panas yakni 300 derajat celcius. Daun dan batangnya tidak rusak meski berada dalam suhu panas," papar Tri Wibowo di kampus UGM, Jumat, (2/12)
Dekan Fakultas Pertanian UGM itu menjelaskan tanaman pisang tahan terhadap suhu panas karena memiliki cadangan air yang banyak, yakni mencapai 80 persen di seluruh bagian tanaman. Tanaman pisang tergolong tanaman sukulan yang mengandung banyak air. Sehingga perpindahan panas yang terjadi karena erupsi berjalan lamban saat mengenai tanaman tersebut.
"Berbeda dengan tanaman kayu di kawasan Merapi yang mudah mati. Tanaman kayu hanya bertahan dalam suhu 60 derajat celcius dan perpindahan panas saat terjadi erupsi berlangsung sangat cepat," paparnya.
Ia melanjutkan, tanaman ini cocok sebagai mata pencaharian petani karena kawasan Merapi yang selalu mengalami siklus erupsi rutin tiga hingga empat tahun sekali. Sehingga membutuhkan tanaman yang siap panen dalam waktu cepat.
"Tanaman pisang hanya butuh waktu tiga bulan untuk masa panen,berbeda dengan tanaman kayu yang masa panennya bertahun-tahun," katanya.
Ia mengusulkan masyarakat setempat menanam lebih banyak pohon pisang di kawasan yang ditetapkan tidak layak huni, yakni di kawasan berjarak lima kilometer dari puncak Merapi.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR