Kematian tragis seekor harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) akibat terjerat dan disiksa manusia mendatangkan pertanyaan. Bagaimana hal ini bisa kembali terjadi?
Sebab, kematian si harimau terjadi setelah terjerat dalam kondisi mengenaskan di kawasan hutan lindung di daerah Desa Mangkurajo, Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Bengkulu, Senin (9/1) lalu. Saat ditemukan, tubuh harimau berusia lima tahun itu dipenuhi luka yang tersebar di sembilan titik luka, termasuk luka bagian kaki yang mengoyak tulang.
Tiga luka akibat tusukan benda tajam berdiameter sekitar 15 cm di sekujur tubuhnya mulai punggung hingga dada, serta 14 peluru bersarang di kepalanya. Meski sudah mendapat perawatan di Taman Safari Indonesia, Bogor, nyawa harimau itu tidak terselamatkan.
Kondisi ini membuat Departemen Kehutanan melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Darori, mencetuskan daerah perlindungan baru untuk harimau di luar kawasan konservasi. Rencananya daerah ini akan memakan luas sekitar 300 hektar dan dekat dengan hutan alam. Namun, belum diputuskan di wilayah mana daerah ini akan dibangun.
"300 hektar ini semacam area konsentrasi perkembangbiakkan harimau," kata Darori dalam acara Lokakarya Penggalangan Sumberdaya untuk Pelaksanaan Rencana Nasional Pemulihan Harimau di Hotel Le Meridien, Jakarta, Selasa (17/1).
"Masyarakat yang tinggal di kawasan konservasi sering kali tidak pernah tahu informasi dari TV atau koran. Maka itu tidak mungkin memagari kawasan konservasi yang sudah mereka tempati."
Menurut Country Director Wildlife Conservation Society, Noviar Andayani, wacana daerah perlindungan ini bisa jadi alat pembelajaran soal harimau. Selain itu, kawasan itu nantinya bisa jadi penampungan harimau-harimau yang terluka.
"Angka 300 hektar ini memang belum diverifikasi, tapi mungkin cukup untuk sementara menampung 10-20 harimau. Nantinya, populasi yang sudah bisa besar bisa langsung dilepas ke hutan yang berdampingan," kata Noviar.
Dari seluruh sub-spesies harimau yang masih ada di dunia, harimau Sumatra adalah yang paling terancam. Kondisi habitat dari populasinya makin mengalami penurunan akibat aktivitas pembangunan dan kebutuhan global.
Padahal peran harimau sangat besar karena berfungsi sebagai top predator yang mengontrol populasi berbagai jenis satwa lain di wilayah jelajahnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR