Sebagai usaha para ilmuwan di seluruh dunia untuk memahami kondisi keanekaragaman, sebaran, dan kelimpahan biota laut dalam skala ruang dan waktu, diperkenalkanlah Sensus Biota Laut (SBL) di tahun 1990-an. Dalam perjalanannya hingga sekarang, SBL berhasil mengindentifikasi 147 spesies ikan.
Di antaranya sembilan spesies ikan sidat, 62 spesies ikan hiu, 64 spesies ikan pari, dan 12 spesies ikan terbang. Bahkan saat ini tengah dibangun database untuk 441 spesies sponge dan 60 spesies mikroalgae. Demikian hasil pemaparan Zainal Arifin, Suharsono, dan Tony Wagey dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Riset dan Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.
Dalam makalah berjudul 'Kontribusi Progam Riset Sensus Biota Laut untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan', ketiganya menjelaskan jika SBL merupakan program riset kompetitif LIPI. Tujuannya mengurangi jenjang antara ketersediaan data dan upaya pemanfaatan sumber daya laut untuk pemenuhan pangan masyarakat Indonesia.
"Keanekaragaman itu untuk mendukung ketersediaan pangan dalam arti luas. Maka itu perlu ada riset dan kesehatan laut, karena biota dan tempat hidupnya juga harus sehat," ujar Zainal dalam Rapat Koordinasi Nasional The Census of Marine Life (CoML) Indonesia 'Keanekaragaman Hayati Laut untuk Ketahanan Pangan' di Gedung LIPI, Rabu (25/1).
SBL akhirnya cukup berguna sebagai referensi biota laut Indonesia. Sebab, selama ini data yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan lingkungan. Seperti dipaparkan dalam buku Marine Diversity Review of The Arafura and Timor Seas, bahwa data mengenai keanekaragaman hayati laut di Indonesia tidak terdokumentasi dengan baik. Bisa dibilang, selama dua hingga tiga dekade terakhir, basis ilmiah untuk sumber daya laut sangatlah tidak layak.
Selain itu, kegiatan penelitian kadang terputus karena sulitnya mengakses sumber daya yang ada. Masalah lain adalah eksploitasi berlebih sebagai dampak aktivitas manusia. Akibatnya, laut mengalami dampak negatif yang akhirnya berimbas pada biota yang ada di dalamnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR