Studi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit atau PLTBS yang diadakan oleh Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menunjukkan suatu langkah persiapan dalam implementasi terhadap upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Berlangsung mulai bulan Oktober 2011 hingga Februari 2012, pengumpulan data studi diperoleh dengan melakukan survei ke-67 perkebunan kelapa sawit (PKS) milik PTPN di seluruh Indonesia.
Dari survei itu diketahui, ada setidaknya sepuluh lokasi di Sumatra serta dua lokasi di Kalimantan yang berpotensi untuk menjadi lokasi PLTBS. Lokasi ini didapat berdasarkan pertimbangan jarak antara sumber tandan kosong dan jaringan transmisi PLN.
Potensi total energi dari tandan kosong yang dihasilkan limbah pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN adalah sebesar 69 MW.
"Studi ini terlaksana melalui kerjasama antara Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia dalam Bilateral Offset Credit Mechanism (BOCM)," ujar Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material, Unggul Priyanto mengungkap pada acara sosialisasi hasil studi di Jakarta, awal Februari lalu.
Berbicara mengenai BOCM, Kepala Divisi Perdagangan Karbon Dewan Nasional Perubahan Iklim, Dicky Hindarto, mengatakan bahwa BOCM adalah mekanisme pengganti Clean Development Mechanism (CDM) yang dilandaskan pada protokol Kyoto.
"Skema BOCM akan dijalankan secara bilateral seiring dengan berakhirnya Protokol Kyoto pada 2012. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang saat ini masih merumuskan prosedur pelaksanaan BOCM," ujarnya.
Sementara Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Maritje Hutapea memaparkan, perlunya peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan karena harga energi fosil fluktuatif. Kementerian ESDM sendiri telah mengeluarkan visi 25/25, yakni target pemanfaatan renewable energy sebesar 25 persen dari energy mix pada tahun 2025.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR