Industri di Indonesia dinilai belum optimal mengembangkan teknologi robot. Akibatnya pengembangan robot di tingkat perguruan tinggi pun kurang optimal.
"Kalau di luar negeri, industri banyak menggandeng mahasiswa untuk melakukan pengembangan robot. Sementara itu, di Indonesia kerjasama antara industri dan perguruan tinggi masih minim," papar Ketua Tim Robot UGM, Damar Satriyo di UGM Yogyakarta, usai jumpa pers terkait juara pertama "Java Robort Contest 2012" kategori linetracer micro labirin, Selasa (20/3).
Ia menjelaskan, perguruan tinggi seringkali kesulitan untuk menyiapkan sarana prasarananya untuk tekonologi robot. Selama ini, bahan baku pembuatan robot masih mengimpor dari luar negeri. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan mahal. Hal inilah yang menjadi kendala bagi perguruan tinggi untuk membuat inovasi robot yang kreatif.
"Karena terkendala dana dan peralatan yang mahal, seringkali kami mahasiswa menggunakan barang-barang bekas yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan," katanya.
Ia berharap, keterlibatan industri di perguruan tinggi khususnya dalam pengembangan robot makin ditingkatkan.Tak hanya itu, robot hasil kreasi mahasiswa pun perlu diaplikasikan dalam masyarakat sehingga lebih konkret kegunaannya.
Di kesempatan yang sama, dirayakan pula kemenangan tim mahasiswa Fakultas Teknik UGM dalam menyabet juara 1 dan 2 untuk kategori linetracer micro labirin dan peringkat 2 untuk divisi linetracer micro on the spot dalam ajang Java Robot Contest 2012. Event ini berlangsung di Gedung Robotics ITS Sukolilo Surabaya pada 3-4 Maret 2012. Dengan keunggulan presisi sensor, tim dari UGM berhasil mengalahkan 1500 peserta lainnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR